Perlukalian ketahui bahwa pembakaran bahan bakar minyak akan menghasilkan gas-gas sisa pembakaran. Kandungan utama bahan bakar minyak adalah hidrokarbon, serta sedikit senyawa belerang, nitrogen dan oksigen. Pembakaran sempurna hidrokarbon dalam minyak bumi menghasilkan karbon dioksida dan uap air. Sementara itu pembakaran tidak sempurna akan menghasilkan partikel padat yang dikenal dengan asap dan berisi butiran-butiran halus dari karbon (jelaga), karbon monoksida, karbon dioksida, dan uap Jakarta, – Menurut data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB, Indonesia telah mengalami bencana. Sebanyak lebih dari 85% merupakan bencana hidrometerologi, seperti kekeringan, banjir, tanah longsor, serta cuaca ekstrem lainnya. Hal ini disampaikan oleh Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Adila Isfandiari, dalam diskusi bertajuk "Buruk Elite, Rakyat Dibelah", yang disiarkan langsung melalui kanal YouTube Greenpeace Indonesia pada Senin malam 20/12. "Dan ini semua itu terjadi pada saat temperatur kita di bumi itu baru naik 1,1 derajat Celcius. Bayangkan kalau misalkan itu meningkat menjadi 2 derajat, 3 derajat, atau 4 derajat, pastinya akan lebih masif lagi bencana iklim yang kita hadapi," ujarnya. Adila mengatakan, komitmen iklim Indonesia atau yang disebut sebagai Nationally Determined Contribution NDC, akan membawa kenaikan temperatur global mencapai 4 derajat Celcius. "Maka dari itu, komitmen iklim Indonesia masih dianggap sangat tidak cukup ya untuk mengatasi permasalahan ini," terangnya. Menurut Adila, berdasarkan proyeksi bahwa sektor energi akan menjadi penyumbang emisi Gas Rumah Kaca GRK terbesar di tahun 2030. Karena Indonesia masih didominasi oleh bahan bakar fosil. Ia pun mengatakan 88% dari listrik yang digunakan sampai saat ini adalah berasal dari pembakaran bahan bakar fosil. Adapun yang paling mendominasi yaitu batu bara, sebesar 67%. "Dan dominasi ini tetap akan terjadi hingga tahun 2030, yaitu mencapai 59,4%," kata Adila. 369 terjawab• terverifikasi oleh ahli Pembakaran bahan bakar merupakan penyumbang terbesar kita 2 Lihat jawaban Iklan PositiveThinking Penghasil gas Krbon monoksida Iklan LutfiNeuer Karbon monoksida maaf jika salah Iklan Pertanyaan baru di Biologi 8.
Jakarta, CNBC Indonesia - PT PLN Persero menyebut bahwa sektor ketenagalistrikan menyumbang emisi karbon 14% dari total keseluruhan emisi Zaini, Direktur Utama PLN, dalam Pekan Inovasi Energi Baru dan Terbarukan Indonesia yang digelar oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT mengungkapkan saat ini di tengah perkembangan teknologi, pihaknya terus mendorong pengurangan efek gas rumah kaca lewat berbagai cara."Porsi ini termasuk yang terendah di ASEAN, di antara lima negara terluas di kawasan ASEAN," tuturnya, seperti dikutip dari keterangan resmi perseroan, Rabu 28/07/2021. Ia menjabarkan, sektor ketenagalistrikan di Filipina dan Vietnam masing-masing berkontribusi 30% terhadap emisi nasional, lalu Malaysia yang bahkan mencapai 32% kontribusi Indonesia, menurutnya penggunaan lahan dan alih fungsi hutan, termasuk kebakaran hutan merupakan kontributor emisi karbon terbesar. Meskipun begitu, imbuhnya, PLN memiliki komitmen yang kuat untuk mendukung transisi capaian energi besar yang optimal, menurutnya model bisnis PLN di masa depan pun akan mengakomodasi tren dekarbonisasi, desentralisasi, dan digitalisasi 3D, di antaranya dengan meningkatkan peran energi baru terbarukan EBT sebagai sumber energi primer utama dan jaringan pintar smart grid sebagai jauh ia menyebut bahwa inovasi teknologi semakin maju dalam bidang teknologi pembangkit EBT. Hal ini meliputi hadirnya energy storage atau baterai, penangkapan karbon carbon capture, hidrogen hijau green hydrogen, kendaraan listrik dan efisiensi energi, yang mendorong transisi pada sektor ketenagalistrikan, transisi dari pembakaran bahan bakar fosil menuju pemanfaatan sumber energi baru dan sisi lain, Zulkifli menyebutkan bahwa desentralisasi dan digitalisasi mendorong munculnya model bisnis baru dalam pemenuhan kebutuhan energi pun menurutnya telah menetapkan peta jalan dalam mengurangi penggunaan energi listrik berbasis fosil dari tahun 2025 hingga mengatakan, ada dua skenario yang disiapkan pertama yaitu energi berbasis fosil akan mulai hilang dari bauran energi mulai 2056 mendatang. Ada tujuh tahapan penghentian PLTU batu bara, yakni mulai dari yang menggunakan teknologi konvensional sampai yang paling pada skenario kedua, pemanfaatan teknologi CCUS Carbon Capture, Utilization and Storage akan diterapkan mulai 2035 sembari PLN akan tetap menurunkan porsi energi berbasis fosil dari bauran jauh soal model bisnis masa depan, PLN akan melakukan berbagai pekerjaan besar dari hulu ke hilir."Di sisi hulu PLN akan melakukan eksekusi proyek EBT dalam skala besar," di sisi midstream sebagai operator atau pemilik dari jaringan transmisi dan distribusi, termasuk penyimpanan energi atau baterai, PLN juga memberikan layanan solusi energi terintegrasi yang fleksibel untuk pelanggan skala besar atau sisi hilir, PLN akan memberikan layanan solusi energi untuk semua pelanggan. Selain itu, akan diciptakan ekosistem pelayanan yang cerdas, fleksibel, dan inovatif hingga elektrifikasi sektor transportasi dengan ketersediaan Laksana Tri Handoko selaku Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional menyampaikan bahwa isu energi dan lingkungan saling terkait erat. Pada satu sisi peningkatan ekonomi lewat pembangunan dan industrialisasi yang meningkatkan kebutuhan terhadap energi. Sisi lain ada dampak lingkungan yang mesti diperhatikan termasuk penggunaan energi yang berbasis upaya menjaga keseimbangan kepentingan mendorong perekonomian dan menjaga lingkungan serta mencapai 23% EBT dalam bauran energi, menurutnya riset itu diperlukan."Dan kita tahu itu sangat tidak mudah dan di situlah riset diharapkan bisa berperan besar dalam memberikan kontribusinya," itu Hammam Riza, Kepala BPPT, mengungkapkan bahwa energi baru dan terbarukan merupakan salah satu komponen penting dalam kita mengantar Indonesia menjadi negara yang mandiri, adil dan mendorong pengembangan EBT dan menghadapi berbagai tantangan yang ada, menurutnya dibutuhkan sebuah ekosistem inovasi energi yang didukung oleh berbagai pihak."BPPT melaksanakan asesmen ataupun audit teknologi dari berbagai kegiatan energi baru terbarukan di bidang bahan bakar dan ketenagalistrikan," BPPT mengimplementasikan semua upaya dalam merancang prototipe, menghasilkan proyek uji coba hingga aktif dalam peta jalan pengembangan industri komponen dan hulu. Terlebih, imbuhnya, dalam pengembangan bahan bakar dan ketenagalistrikan, ini mesti mengutamakan komponen dalam pun menurutnya memiliki berbagai fasilitas pengujian atau laboratorium industri di berbagai bidang teknologi. Termasuk untuk kajian dan penerapan di sektor energi. Hammam juga mencontohkan bagaimana kajian teknologi PLTP condensing yang menurutnya ramah lingkungan."Untuk mengatasi energi gas rumah kaca, maka banyak pembangkit yang perlu kita kembangkan dengan misi utama untuk menjadi pembangkit yang ramah lingkungan dengan emisi CO2-nya kurang dari 10% dibanding PLTU batu bara," Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral ESDM, mengungkapkan bahwa dalam transisi energi menuju nol emisi karbon akan dilakukan secara cermat agar masuknya EBT dalam bauran energi tidak menimbulkan masalah teknis dan menuju energi hijau, menurutnya mesti ada langkah substitusi, konversi energi primer posil hingga memperbesar porsi bauran EBT."Sekarang ini kita melihat bahwa teknologi fotovoltaik maju demikian pesat. Kita berharap PLTS Atap ini bisa kita dorong cepat," ujar umum untuk strategi jangka panjang sektor energi menuju netral karbon 2060, Arifin menyebutkan akan dilakukan akselerasi pada 2040 melakukan pengembangan EBT secara masif, baik dari pembangkit listrik tenaga surya hingga pembangkit panas bumi, termasuk skala kecil. Lalu, akan dilakukan pengembangan interkoneksi transmisi dan smart grid hingga pengurangan energi fosil dan pemanfaatan teknologi CSS Carbon Capture and Storage dan CCUS. [GambasVideo CNBC] Artikel Selanjutnya Masa Depan Batu Bara Perdagangan Karbon Kredit wia
NegaraMana Yang Menyumbang Gas Rumah Kaca Terbesar? (TOP 5 Tips) By Kristina Waltrse 01.03.2022. Amerika Serikat dan China adalah dua besar penghasil gas rumah kaca terbesar di dunia. China. China mengeluarkan hampir dua kali ganda jumlah gas rumah kaca daripada AS, yang melampaui tahun 2006 sebagai penyumbang utama karbon dioksida atmosfera. 01/01/2023 Penyumbang Emisi Karbon Terbesar – Emisi karbon telah menjadi isu global utama, karena merupakan penyebab utama perubahan iklim. Penyumbang emisi karbon terbesar adalah aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil dan pelepasan polutan ke atmosfer. Hal ini menyebabkan peningkatan konsentrasi gas rumah kaca yang mengkhawatirkan, menghasilkan suhu yang lebih hangat dan peristiwa cuaca yang lebih ekstrem. Akibatnya, semakin penting bagi kita untuk memahami kegiatan mana yang bertanggung jawab atas sumber emisi karbon terbesar. Sumber utama emisi karbon antropogenik akibat manusia berasal dari pembakaran bahan bakar fosil untuk produksi energi. Ini termasuk pembangkit listrik dari pembangkit listrik tenaga batu bara dan konsumsi bahan bakar kendaraan dari mobil dan truk. Selain itu, penggundulan hutan merupakan kontributor yang signifikan, karena pohon menyerap karbon dioksida dalam jumlah besar selama fotosintesis sebelum melepaskannya kembali ke atmosfer saat mati atau terbakar. Konsumsi Bahan Bakar Fosil Konsumsi bahan bakar fosil terus menjadi sumber utama emisi karbon, berkontribusi terhadap perubahan iklim dan pemanasan global. Dengan mayoritas energi di Amerika Serikat berasal dari bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, dan gas alam, tidak mengherankan jika sektor ini menjadi penyumbang terbesar tingkat emisi karbon. Efeknya dapat dilihat dalam bentuk polusi udara dan peningkatan suhu di seluruh dunia. Penggerak utama di balik peningkatan konsumsi bahan bakar fosil adalah pertumbuhan populasi yang dikombinasikan dengan pembangunan ekonomi yang menyebabkan peningkatan permintaan energi. Permintaan ini sebagian besar dipenuhi dengan membakar sumber daya alam seperti batu bara dan minyak, bukan sumber terbarukan seperti tenaga surya atau angin. Akibatnya, emisi gas rumah kaca meningkat karena peningkatan pembakaran bahan bakar fosil ini. Penggundulan Hutan Deforestasi telah meningkat di seluruh dunia, dan merupakan kontributor penting emisi karbon. Faktanya, menurut World Resources Institute, deforestasi menyumbang hampir 10% emisi gas rumah kaca global setiap tahun. Laju penggundulan hutan yang mengkhawatirkan ini berdampak buruk pada keanekaragaman hayati, erosi tanah, dan kelangkaan air. Perusakan hutan meningkatkan jumlah karbon dioksida di atmosfer dengan melepaskan karbon yang tersimpan ke udara. Selain itu, pohon menyerap CO2 dari atmosfer yang membantu membatasi perubahan iklim. Hutan juga menyediakan habitat bagi banyak spesies hewan dan tumbuhan yang penting bagi kesehatan dan kesejahteraan lingkungan kita. Hilangnya habitat ini karena penggundulan hutan menempatkan banyak spesies dalam risiko kepunahan dan berkontribusi secara signifikan terhadap perubahan iklim. Kerusakan ini telah menyebabkan peningkatan tingkat peristiwa cuaca ekstrim seperti banjir, kekeringan, angin topan, angin topan dll. Proses Industri Proses industri, seperti pembakaran bahan bakar fosil untuk produksi energi dan pembuatan berbagai produk, merupakan penyumbang terbesar emisi karbon global. Pada tahun 2018 saja, industri menyumbang 29,2% dari total emisi CO2 global dan 36,8% dari total emisi CO2 terkait energi di seluruh dunia. Sumber utama emisi karbon dioksida industri adalah produksi dan pembakaran energi dari sumber bahan bakar seperti batu bara, minyak, dan gas. Selain sumber utama ini, bentuk kegiatan industri lainnya berkontribusi pada kategori emisi gas rumah kaca seperti metana dan dinitrogen oksida melalui kegiatan pertanian atau operasi pengelolaan limbah. Mengingat bahwa manusia membutuhkan energi untuk menggerakkan dunia kita dan menghasilkan barang untuk bertahan hidup, penting bagi kita untuk menemukan cara untuk mengurangi ketergantungan kita pada bahan bakar fosil di semua industri sambil tetap mempertahankan kemajuan ekonomi kita. Angkutan Transportasi adalah salah satu kontributor utama emisi karbon global. Bahkan, diperkirakan transportasi menyumbang sekitar 14% dari total emisi gas rumah kaca global. Artinya, transportasi memiliki pengaruh besar terhadap perubahan iklim, dan penting bagi kita untuk memahami apa yang dapat kita lakukan untuk mengurangi dampaknya. Saat ini, sumber utama emisi terkait transportasi berasal dari mobil dan truk. Kendaraan ini terutama mengandalkan bahan bakar fosil seperti bensin atau solar yang mengeluarkan karbon dioksida tingkat tinggi ke atmosfer saat dibakar. Sumber lain termasuk penerbangan, pengiriman barang, dan transportasi kereta api yang semuanya berkontribusi dalam beberapa hal terhadap tingkat polusi karbon secara keseluruhan. Untuk membantu mengurangi dampak ini, pemerintah semakin memfokuskan upaya mereka untuk mengembangkan bentuk transportasi yang lebih ramah lingkungan seperti mobil listrik dan sistem angkutan umum. Sumber Energi Alternatif Sumber energi alternatif menjadi semakin diperlukan untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Sebagai penyumbang emisi karbon terbesar, pembakaran bahan bakar fosil merupakan sumber utama polusi udara dan gas rumah kaca. Sementara sumber terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan pembangkit listrik tenaga air menjadi lebih mudah diakses dalam beberapa tahun terakhir, banyak negara masih sangat bergantung pada sumber energi tak terbarukan untuk kebutuhan listrik mereka. Pengembangan sumber energi alternatif memiliki potensi besar untuk mengurangi emisi karbon global dan memerangi perubahan iklim. Tenaga surya memiliki potensi terbesar untuk mengurangi ketergantungan kita pada bahan bakar fosil karena memanfaatkan sumber energi yang tidak habis-habisnya dan bebas dari polutan. Tenaga angin adalah pilihan lain yang menjanjikan; namun, kemajuan teknologi diperlukan untuk membuat turbin lebih efisien dalam menangkap energi dari aliran angin. Mengurangi Emisi Karbon Pengurangan emisi karbon harus menjadi prioritas jika kita ingin menyelamatkan planet kita. Karbon dioksida adalah penyumbang terbesar pemanasan global dan perubahan iklim dan kita harus mengurangi jumlah CO2 yang kita pancarkan ke atmosfer. Ada banyak cara untuk melakukannya, seperti mengembangkan sumber energi terbarukan, berinvestasi pada teknologi dan infrastruktur yang lebih efisien, dan menerapkan kebijakan yang mempromosikan pembangunan berkelanjutan. Kita juga harus beralih dari bahan bakar fosil ke sumber energi bersih seperti tenaga surya, angin, atau pembangkit listrik tenaga air. Ini tidak hanya akan mengurangi emisi karbon tetapi juga menciptakan lapangan kerja dalam ekonomi hijau dan membantu kita bertransisi menuju masa depan yang lebih berkelanjutan. Selain itu, kita dapat membuat perubahan kecil dalam kehidupan kita sehari-hari seperti menggunakan transportasi umum alih-alih mengendarai mobil atau mematikan lampu saat tidak diperlukan untuk menghemat energi – setiap hal kecil berarti! Hasilpembakaran bahan bakar fosil berupa karbon dioksida, CO2 (gas rumah kaca) ternyata menjadi penyumbang terbesar dalam terjadinya pemanasan global. Para peneliti di bidang energi terus berupaya menemukan alternatif bahan bakar baru yang lebih ramah lingkungan. Kepulan asap dari pembangkit listrik tenaga diesel, penyumbang terbesar gas CO2" Adapun 3 jenis gas utama pembentuk emisi gas rumah kaca greenhouse gases, yaitu karbon dioksida/carbon dioxide CO2, metana/methane CH4 dan nitrous oxide N2O ". CO2 adalah bahan utama penyumbang dan penyusun dalam pembentukan gas rumah kaca greenhouse. Karbon dioksida atau gas rumah kaca ini berasal dari penggunaan bahan bakar fosil. Bahan bakar fosil yang masih aktif digunakan sampai saat ini, yaitu Batubara, Minyak & Gas Bumi dan proses pembuatan semen non-fosil.Saat ini, Batubara banyak digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap PLTU. Sedangkan minyak dan gas bumi digunakan untuk pembangkit listrik, transportasi dan gas rumah kaca yang terbentuk dari bahan bakar fosil ini, merupakan penyebab utama terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim yang saat ini mengancam keberlangsungan kehidupan di bumi Bakar Fosil Penyumbang Karbon Dioksida TerbesarBahan bakar batubara menjadi penyumbang terbesar karbon dioksida CO2. Pada tahun 2020, dari hasil pembakaran batubara menghasilkan karbon dioksida sebesar MtCo2e Metric tons of carbon dioxide equivalent.Di Urutan kedua penyumbang karbon dioksida terbesar adalah minyak bumi sebesar MtCo2e. Sedangkan di urutan ketiga di daftar ini adalah gas bumi, menghasilkan karbon dioksida sebesar MtCo2e. Grafik peningkatan jumlah karbon dioksida di atmosfer/ tidak salah seluruh negara di dunia termasuk Indonesia, berencana mengurangi bahkan menghentikan penggunaan batubara untuk pembangkit listrik. Terutama didukung oleh Protokol Kyoto dan Perjanjian Penghasil Karbon Dioksida CO2 Terbesar di DuniaBerdasarkan Global Carbon Project Proyek Karbon Global; total dunia menghasilkan karbon dioksida pada tahun 2020 sebesar MtCO2e. Baik yang dihasilkan dari aktivitas manusia maupun dari hasil proses mana sajakah penghasil atau penyumbang gas ini, sehingga membuat dunia ini mengalami pemanasan global dan perubahan iklim?. Apakah Indonesia masuk daftar Top 5 penghasil karbon dioksida. Simak daftarnya berikut China Negara China berada di posisi pertama penghasil karbon dioksida. China dengan jumlah penduduk jiwa, penyumbang karbon dioksida terbesar, yaitu MtCO2e. Batubara merupakan penghasil utama dan terbesar gas CO2, diikuti minyak dan gas total gas CO2 di tahun 2020 ini, mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2019, yaitu sebesar MtCO2e atau naik sekitar 178 MtCO2e. Satu orang penduduk China menyumbang tCO2/orang Total carbon dioxide/person.2. Amerika SerikatNegara adidaya, Amerika Serikat penyumbang karbon dioksida sebesar MtCO2e. Bahan bakar fosil penghasil karbon dioksida terbesar di Amerika Serikat berasal dari gas bumi sebesar MtCO2e, diikuti minyak bumi kemudian batubara. Jumlah penduduk Amerika Serikat tahun 2020 adalah jiwa. Setiap orang penduduk AS menyumbang 14 tCO2/orang. Kabar baiknya jumlah total CO2 tahun 2020 dari Amerika Serikat menurun dibanding tahun 2019, yaitu sebesar 5256 MtCO2e. Kabar baiknya lagi, Amerika Serikat menduduki peringkat pertama sebagai negara penghasil listrik yang bersumber dari energi terbarukan renewable energy. 3. India Negara India, dikenal sebagai negara yang pertumbuhan ekonomi dan industrinya sangat cepat, setelah China. India sebagai penyumbang karbon dioksida terbesar ketiga, dengan jumlah ini, India mengandalkan batubara sebagai sumber energi listrik untuk kebutuhan industrinya. Batubara sebagai penghasil terbesar gas CO2 di India sebesar MtCO2e, diikuti oleh Minyak kemudian gas bumi. Berita baiknya, India pada tahun 2020 berhasil menurunkan jumlah total CO2 dibandingkan tahun sebelumnya. India saat ini berada di posisi ketiga sebagai negara penghasil listrik dari energi Rusia Rusia dikenal sebagai negara yang memiliki cadangan gas bumi terbesar di dunia saat ini. Tahun 2020, Rusia menjadi penyumbang karbon dioksida terbesar keempat di dunia, sebesar MtCO2e. Jumlah ini turun dari pada tahun 2019, yaitu sebesar bakar fosil penghasil terbesar CO2 dari Rusia adalah gas bumi, yaitu sebesar 748 MtCO2e. Rusia memanfaatkan cadangan gas buminya untuk memenuhi energi listrik di penduduk Rusia tahun 2020 adalah jiwa. Berdasarkan laporan ini , maka setiap penduduk Rusia menghasilkan 11 tCO2/ Jepang Jepang adalah salah satu negara maju yang dikenal sebagai produsen kendaraan mobil dan sepeda motor terbesar di dunia. Negara ini berada di posisi kelima sebagai penyumbang CO2 terbesar di 2020, Jepang menghasilkan karbon dioksida sebesar MtCO2e, menurun dari pada tahun sebelumnya, yaitu sebesar MtCO2e. Penghasil terbesar CO2 dari Jepang berasal dari batubara dengan jumlah 403 MtCO2e, diikuti minyak kemudian gas populasi penduduk Jepang tahun 2020, sekitar jiwa, setiap orang penduduk jepang menghasilkan tCO2/orang. Saat ini, Jepang mengandalkan Biomassa sebagai penghasil listrik terbesar dari sumber energi data ini, dapat disimpulkan bahwa negara - negara yang masuk di Top 5 penghasil terbesar CO2, empat negara berhasil menurunkan tingkat gas buangan karbon dioksida di tahun 2020 dibanding tahun sebelumnya. Namun, satu negara dari Top 5, yaitu China tidak mampu menurunkan tingkat gas buangan CO2 ke atmosfer. Kabar baiknya China berada di posisi kedua penghasil listrik dari energi terbarukan. Harapannya di tahun 2021, China mampu menurunkan jumlah karbon Indonesia Sebagai Penyumbang Karbon Dioksida CO2Sayangnya, Indonesia menduduki peringkat kesepuluh ke-10, sebagai penghasil karbon dioksida terbesar di dunia atau sering disebut Top 10. Apa penyebab utama Indonesia masuk di daftar ini. Pembangkit listrik tenaga uap PLTU yang menggunakan batubara, penghasil terbesar CO2Sebesar 47 persen pasokan listrik Indonesia berasal dari pembangkit listrik tenaga uap PLTU. Pembangkit jenis ini menggunakan batubara sebagai bahan bakarnya. Tahun 2020, bahan bakar fosil batubara Indonesia menghasilkan CO2 sebesar 301 MtCO2e, terbesar di Asia jumlah total CO2 yang dihasilkan Indonesia tahun 2020, sebesar 590 MtCO2e. Berita baiknya, Indonesia mampu menurunkan jumlah karbon dioksida tahun 2020, dari pada tahun 2019, yaitu 661 terbesar karbon dioksida CO2, berasal dari penggunaan bahan bakar fosil seperti, batubara, minyak dan gas bumi. Bahan bakar fosil ini paling besar dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik, untuk memenuhi kebutuhan listrik yang semakin akhirnya, untuk menjaga keseimbangan dan keberlangsungan kehidupan di bumi ini, secara perlahan-lahan negara di dunia ini harus mengurangi penggunaan bahan bakar fosil untuk kebutuhan pasokan alternatifnya, yaitu memanfaatkan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui dan tidak menghasilkan gas - gas yang membentuk emisi gas rumah kaca, yaitu dengan memanfaatkan dan beralih ke sumber energi baru terbarukan renewable energy.Sangat senang hati menerima kritik dan saran di dalam komentar, untuk menyempurnakan artikel ini. Demikian uraian singkat mengenai “Top 5 Penghasil Gas Rumah Kaca Terbesar di Dunia” Semoga karbondioksida gas negara Pembakaranbahan bakar fosil yang digunakan sebagai bahan bakar pada kendaraan bermesin menjadi salah satu penyumbang gas karbon dioksida terbesar. Mobil listrik merupakan mobil yang tergolong ke dalam keluaran terbaru, maka teknologi yang dipakai sudah pasti lebih maju jika dibandingkan dengan mobil konvensional pada umumnya.
Dalam artikel keenam dari rangkaian kajian mengenai bagaimana negara penghasil emisi gas rumah kaca merespon perubahan iklim, Carbon Brief melakukan kajian upaya Indonesia untuk menurunkan tingkat deforestasi dan mengendalikan kebakaran lahan gambut yang menghasilkan emisi sangat tinggi. Indonesia merupakan penghasil emisi gas rumah kaca terbesar keempat di dunia pada tahun 2015. Ekonomi Indonesia merupakan yang terbesar ke-16 di dunia dan terbesar di Asia Tenggara. Sumber emisi tertinggi berasal dari deforestasi dan kebakaran hutan gambut yang kemudian diikuti oleh emisi dari pembakaran bahan bakar fosil untuk energi. Indonesia baru-baru ini melampaui Australia menjadi negara pengekspor batu bara termal terbesar di dunia. Indonesia berencana untuk menambah pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara, salah satu alasannya yaitu sebagai upaya untuk mengurangi “kesenjangan listrik” antara pulau-pulau yang sudah maju dan pulau-pulau yang masih kurang terhubung. Pemerintah Indonesia saat ini telah berkomitmen untuk mengurangi emisi sebesar 29-41% pada tahun 2030, dibandingkan dengan skenario “bisnis seperti biasa”. Indonesia telah mengadakan pemilihan umum pada bulan April 2019 dan pada tanggal 21 Mei 2019 telah diumumkan kemenangan bagi presiden saat ini yaitu Presiden Joko Widodo. Politik Persetujuan Paris Deforestasi, minyak kelapa sawit dan kebarakan hutan dan lahan Batu Bara Energi Terbarukan Peraturan tentang perubahan iklim Pendanaan iklim Dampak dan adaptasi Politik Indonesia adalah negara demokrasi terbesar ketiga di dunia dengan penduduk lebih dari 260 juta orang yang tersebar di sekitar pulau. Indonesia juga memiliki populasi Muslim terbesar di dunia, terdiri dari beragam etnis, dan memiliki lebih dari 300 bahasa lokal. Indonesia telah menyelenggarakan pemilihan umum sejak tahun 1955, tetapi pemilihan presiden baru diadakan pada tahun 2004. Presiden saat ini, Joko “Jokowi” Widodo, terpilih pada tahun 2014 baru saja terpilih lagi untuk periode 2019-2024. Widodo adalah anggota Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan PDI-P “politik sayap kiri-tengah” dan memimpin koalisi mayoritas dengan dukungan sembilan partai politik. Presiden Joko Widodo merupakan presiden pertama di Indonesia yang tidak berasal dari elit militer atau latar belakang politik dan masih termasuk bersih dari tuduhan korupsi yang dialami beberapa pejabat pemerintah lainnya. Setahun sebelum Jokowi terpilih, the Economist menggambarkannya sebagai “orang yang jujur”. Namun, Jokowi menghadapi kritik karena tidak banyak memajukan hak asasi manusia selama masa kepresidenannya. Fokus kampanye Jokowi untuk pemilihan umum tahun ini berpusat pada komitmen untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, sebagian besar melalui peningkatkan pembangunan infrastruktur, dan peningkatan penanggulangan terorisme dan korupsi – tragisnya, menurut Jakarta Post, koran di Indonesia berbahasa Inggris, sejauh ini belum pernah menyebutkan perubahan iklim. Tahun lalu, Jokowi meningkatkan subsidi untuk diesel. Menurut Nikkei Asian Review, sebuah publikasi keuangan di Asia, hal ini dilakukan “di tengah kekhawatiran bahwa biaya bahan bakar yang lebih tinggi [dapat] mengancam usahanya untuk terpilih kembali”. Menurut IEA, Jokowi sebelumnya sempat melakukan penghapusan subsidi besar-besaran pada tahun 2015 sebagai upaya mereformasi sistem pendukung bahan bakar Indonesia yang sudah puluhan tahun dijalankan. Sebuah jajak pendapat pada bulan Januari oleh Charta Politika, sebuah perusahaan konsultan politik Indonesia, menemukan bahwa Jokowi mencapai peringkat persetujuan 53,2%. Saingan terbesarnya, Prabowo Subianto – mantan jenderal Angkatan Darat yang kalah dari Jokowi pada tahun 2014 – memiliki peringkat persetujuan 34,1%. Presiden Indonesia Joko Widodo kedua dari kanan dan rivalnya yang seorang mantan jenderal Prabowo Subianto kiri depan berbicara kepada media setelah pertemuan di Jakarta, 17 Oktober 2014. Kredit Xinhua / Alamy Stock Photo. Kajian yang dirilis pada bulan Februari oleh Jatam, sebuah LSM Indonesia yang memantau industri pertambangan, menemukan bahwa 86% dari $ 4 juta donasi kampanye Jokowi berkaitan dengan perusahaan pertambangan besar dan bahan bakar fosil. Sedangkan untuk Prabowo, ditemukan bahwa 70% dari $ 3,4 juta donasi kampanyenya berkaitan dengan perusahaan pertambangan dan perusahaan bahan bakar fosil. Pada 17 Februari 2019, kedua kandidat mengikuti debat yang disiarkan langsung oleh televisi bertema “lingkungan, energi dan infrastruktur”. Menurut situs web lingkungan Mongabay, keduanya berjanji untuk meningkatkan budi daya kelapa sawit – pendorong utama deforestasi di Indonesia. Kedua kandidat tidak menyebutkan rencana mereka untuk mengatasi perubahan iklim. Menurut jajak pendapat yang dilakukan pada tahun 2015, 41% responden menyatakan bahwa mereka “sangat prihatin” tentang perubahan iklim. Angka ini lebih rendah daripada proporsi responden yang peduli di negara tetangga seperti Vietnam 69%, Malaysia 44% dan Filipina 72%, tetapi sama dengan proporsi di Inggris. Persetujuan Paris Indonesia menjadi bagian dari blok negosiasi iklim internasional yaitu blok G77 dan Cina. Selain itu, Indonesia juga merupakan anggota dari Dialog Cartagena. Informasi lebih lanjut tentang masing-masing kelompok tersedia dalam penjelasan mendalam tentang blok negosiasi oleh Carbon Brief. Emisi gas rumah kaca tahunan Indonesia adalah 2,4 miliar ton setara CO2 GtCO2e pada 2015, menurut data yang dikumpulkan oleh Potsdam Institute for Climate Impact Research PIK. Angka tersebut termasuk emisi dari tata guna lahan, alih fungsi lahan dan kehutanan LULUCF. Emisi Indonesia mewakili 4,8% dari total emisi global dunia pada tahun tersebut. Emisi per kapita pada tahun tersebut mencapai 9,2-ton CO2e – lebih besar dari rata-rata global 7,0-ton CO2e dan rata-rata di Tiongkok 9,0-ton CO2e, Inggris 7,7-ton CO2e dan Uni Eropa 8,1 ton CO2e. Namun, perlu dicatat bahwa total emisi Indonesia sangat bervariasi dari tahun ke tahun, sebagian besar sebagai akibat dari kebakaran lahan gambut. Bagan di bawah ini, yang diambil dari laporan dua tahunan biennial report terakhir Indonesia ke Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim UNFCCC, memberikan gambaran tentang bagaimana kebakaran lahan gambut Indonesia dapat mengubah emisi keseluruhan. Bagan ini menunjukkan emisi dari kebakaran lahan gambut biru, kehutanan dan tata guna lahan lainnya “FOLU”; hijau, limbah kuning, pertanian hijau pucat, industri “IPPU”; merah dan energi oranye. Perlu dicatat bahwa angka-angka yang ditampilkan adalah hasil pelaporan sendiri. Total emisi Indonesia dari tahun 2000 hingga 2016. Di grafik tersebut ditampilkan emisi dari kebakaran lahan gambut biru, kehutanan dan tata guna lahan lainnya “FOLU”; hijau, limbah kuning, pertanian hijau pucat, industri “IPPU”; merah dan energi oranye. Emisi ditampilkan dalam gigagram setara CO2 GgCO2e, jutaan ton. Perlu dicatat bahwa angka-angka tersebut merupakan hasil pelaporan sendiri. Sumber Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Indonesia Komitmen iklim Indonesia “kontribusi yang ditentukan secara nasional”, atau NDC menargetkan pengurangan emisi 29-41% pada tahun 2030, dibandingkan dengan skenario “bisnis seperti biasa”. Bagian atas dari kisaran ini tergantung pada “dukungan kerja sama internasional”, yang melihat emisi pada tahun 2030 apakah akan tetap pada atau di bawah level saat ini. Komitmen ini disampaikan ke UNFCCC menjelang konferensi iklim di Paris. Indonesia meratifikasi Perjanjian Paris pada tahun 2016. Indonesia bertujuan untuk melakukan dekarbonisasi ekonomi melalui “pendekatan bertahap” – yaitu, melalui kebijakan untuk “perbaikan tata guna lahan dan perencanaan tata ruang, konservasi energi dan pengembangan energi bersih dan terbarukan, serta peningkatan pengelolaan limbah”. Komitmen tersebut dinilai “sangat tidak cukup” oleh Climate Action Tracker CAT, sebuah proyek penelitian independen yang mengkaji kebijakan iklim. Peringkat tersebut menunjukkan bahwa Indonesia masih kurang ambisius atau belum mengambil “bagian yang adil” atau “fair share” untuk pengurangan emisi yang diperlukan untuk membatasi pemanasan global di bawah 2°C. Studi menemukan bahwa jika semua negara memiliki target yang sama, suhu masih akan meningkat hingga 3°-4°C pada tahun 2100. Berdasarkan data CAT, emisi Indonesia telah meningkat pada tingkat yang lebih cepat dari perkiraan dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan, dengan kebijakan saat ini, “justru mungkin berlipat ganda pada tahun 2030”, bila dibandingkan dengan tingkat 2014. Deforestasi, minyak kelapa sawit dan kebarakan hutan dan lahan Indonesia merupakan rumah bagi 10% hutan hujan tropis dunia dan 36% lahan gambut tropis dunia. Lahan gambut tropis adalah lingkungan hutan basah dan rawa dengan tanah yang dapat menyimpan karbon hingga 20 kali lebih banyak daripada jenis tanah mineral lainnya. Diperkirakan bahwa lahan gambut Indonesia menyimpan sekitar 28 miliar ton karbon – atau setara dengan hampir tiga tahun emisi bahan bakar fosil global. Orangutan Kalimantan memakan tanaman air di Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah, Indonesia. Kredit Rosanne Tackaberry / Foto Stock Alamy. Indonesia merupakan penghasil 53% budi daya kelapa sawit dunia, sebuah minyak yang menjadi bahan baku berbagai produk antara lain makanan kemasan, bahan bakar dan kosmetik. Minyak kelapa sawit adalah komoditas ekspor ketiga yang paling menguntungkan setelah batu bara dan minyak bumi, dan industri ini mempekerjakan sekitar 3,7 juta orang. Rasa haus akan minyak kelapa sawit telah mengubah lanskap Indonesia. Sejak tahun 2000 hingga 2015, Indonesia kehilangan rata-rata hektar hutan setiap tahun – menjadikan Indonesia sebagai negara dengan tingkat deforestasi terbesar kedua di dunia setelah Brasil. Sebagian besar deforestasi pada masa lalu berasal dari pembukaan lahan dengan metode “tebang dan bakar”, yang menjadi salah satu faktor utama penyebab kebakaran di lahan gambut Indonesia. Ketika kebakaran terjadi di lahan gambut yang sangat rawan api, sebagian besar simpanan karbon dengan jumlah sangat besar dilepaskan ke atmosfer. Praktik pengeringan lahan gambut juga meningkatkan risiko kebakaran lahan besar-besaran megafires. Agar tumbuhan kelapa sawit dan tanaman lainnya, seperti misalnya tanaman kayu, lahan gambut sering dikeringkan dari kelembaban alaminya – membuat lahan gambut kering dan lebih mudah terbakar. Pada 2015, tingkat kebakaran lahan gambut melonjak tinggi – menyebabkan pelepasan gas rumah kaca pada skala yang sama dengan total emisi tahunan Brasil. Selama beberapa hari, emisi dari kebakaran saja lebih tinggi daripada emisi dari seluruh ekonomi AS. Kebakaran pada tahun 2015 diperparah oleh kondisi kering panas sebagai akibat dari fenomena iklim alami El Niño. Asap dari kebakaran menyebabkan 19 kematian dan setengah juta penduduk menderita penyakit pernapasan, berdasarkan laporan dari Guardian. Seorang tentara mencoba memadamkan kebakaran lahan gambut di Sumatra Selatan, Indonesia, 12 September 2015. Kredit Xinhua / Alamy Stock Photo. Pada tahun tersebut, perubahan tata guna lahan, lahan gambut, dan hutan menyumbang 79% dari total emisi gas rumah kaca Indonesia. Setelah kejadian mematikan tersebut, Jokowi mengumumkan moratorium nasional tentang pengeringan lahan gambut Indonesia. Jokowi kemudian mendirikan Badan Restorasi Gambut dengan tugas untuk memulihkan 2 juta hektar lahan gambut tropis hingga tahun 2020. Sejak 2016 hingga 2017, deforestasi hutan di Indonesia turun 60% – sebagian karena moratorium, berdasarkan data dari analis. Pada bulan September 2018, Jokowi mengeluarkan instruksi presiden untuk moratorium izin baru untuk perkebunan kelapa sawit selama tiga tahun. Namun, “ancaman masih tetap ada”, kata analis. Lebih dari seperempat lahan gambut yang dilindungi pada tahun 2015 telah dilelang ke perusahaan kelapa sawit dan kayu. Untuk mengimbangi perusahaan-perusahaan ini, pemerintah mengoperasikan skema “penggantian lahan usaha” atau “land swap”, dengan menawarkan akses ke lahan yang tidak dilindungi kepada perusahaan. Meski beberapa kelompok telah memperingatkan bahwa skema tersebut dapat memperparah deforestasi. Tahun ini, Uni Eropa memperketat aturan tentang biofuel dalam upaya untuk membatasi penggunaan minyak sawit yang terkait dengan deforestasi – sebuah langkah yang ditentang keras oleh beberapa menteri Indonesia. Investigasi baru-baru ini oleh Unearthed menemukan bukti yang menunjukkan bahwa menteri-menteri Indonesia telah mencoba menekan negara-negara Eropa, termasuk Inggris, untuk menentang perubahan peraturan. Investigasi juga menemukan bahwa, pada tahun 2016, Perancis membatalkan usulan pajak atas pasokan minyak sawit yang tidak berkelanjutan setelah diperingatkan bahwa hal itu dapat mengarah pada eksekusi warga negara Perancis di Indonesia. Batu Bara Indonesia adalah produsen batu bara terbesar kelima di dunia dan merupakan rumah bagi cadangan batu bara terbesar ke-10 di dunia, menurut laporan terkini dari BP Statistical Review of World Energy. Menurut Badan Energi Internasional IEA, sekitar 80% dari batu bara Indonesia diekspor. Menurut analisis dari Carbon Brief, dari tahun 2000 hingga 2014, ekspor batu bara Indonesia meningkat empat kali lipat. Pada 2017, Indonesia melampaui Australia menjadi pengekspor batu bara termal terbesar di dunia, yang digunakan untuk pembangkit listrik, menurut IEA. Pemerintah Tiongkok merupakan pengimpor utama batu bara Indonesia yang mencapai 31% dari total ekspor Indonesia pada tahun 2017, menurut IEA. Pengimpor utama lainnya yaitu India, Jepang, dan Korea Selatan. Penambangan batu bara memiliki banyak dampak lingkungan di Indonesia. Sebagai contoh, pengiriman batu bara yang ditambang dari Kalimantan telah menghancurkan terumbu karang tropis sebesar “ratusan meter persegi”, menurut Greenpeace. Sekitar 58% listrik Indonesia dihasilkan oleh batu bara pada tahun 2017. Ini ditunjukkan pada bagan di bawah ini area hitam. Negara ini menempati urutan ke 10 dunia untuk kapasitas total batu bara megawatt, tetapi kelima untuk kapasitas yang direncanakan MW. Namun, perlu dicatat bahwa Indonesia telah berulang kali mengurangi kapasitas batu bara yang direncanakan. Pada 2015, Indonesia memiliki rencana untuk MW pembangkit batu bara baru. Angka ini kemudian turun menjadi MW pada tahun 2018 dan menjadi sekitar MW tahun ini, menurut data dari Global Energy Monitor. Dalam kajian terbarunya tentang pasar batu bara global, IEA mengidentifikasi Indonesia sebagai pendorong utama meningkatnya permintaan selama lima tahun ke depan. Permintaan untuk tenaga batu bara di negara itu kemungkinan akan meningkat sebagai akibat dari “pertumbuhan ekonomi yang kuat, populasi yang meningkat dan berkembangnya kelas menengah”. Pada 2015, Jokowi meluncurkan rencana ambisius untuk mengembangkan MW pembangkit listrik baru pada 2019 – salah satu alasannya yaitu untuk mengatasi “kesenjangan elektrifikasi” antara pulau-pulau yang maju di negara tersebut, seperti Bali, Jawa, Sumatra, dan pulau-pulau kecil yang terpencil. Target tersebut kemudian didorong kembali ke 2024. Peta interaktif pembangkit listrik batu bara di masa lalu dan yang direncanakan di Indonesia dan Asia Tenggara. Pemerintah melihat tenaga batu bara sebagai cara “murah dan mudah” untuk membantu memenuhi target, menurut Financial Times. Namun, kajian dari Carbon Tracker menemukan bahwa membangun pembangkit listrik baru dari energi terbarukan bisa menjadi lebih murah daripada membangun pembangkit listrik baru dari batu bara antara tahun 2020 dan 2022. Lebih jauh lagi, akan lebih murah membangun pembangkit listrik baru dengan energi terbarukan daripada batu bara yang sudah terbangun pada tahun 2028. Pada bulan Maret 2018, Indonesia membatasi harga batu bara domestik untuk pembangkit listrik selama dua tahun – sebuah langkah yang dimaksudkan untuk membantu menjaga harga listrik tetap rendah pada saat pemilihan tahun ini, kata para analis. Batu bara belum menjadi topik utama dalam kampanye Jokowi, menurut Mongabay. Namun, saingannya, Prabowo, menyerukan agar penggunaan batu bara dikurangi dan diganti dengan energi terbarukan, menurut Jakarta Post. Energi Terbarukan Hanya sekitar lebih dari 5% listrik Indonesia berasal dari energi terbarukan pada tahun 2017 – sebagian besar berasal dari sumber panas bumi. Pada 2018, angka ini naik menjadi 12,3%. Namun, pemerintah telah berjanji untuk meningkatkan porsi tersebut menjadi 23% dari energi terbarukan pada tahun 2025 dan 31% pada tahun 2050. Indonesia adalah penghasil tenaga panas bumi terbesar kedua di dunia setelah AS. Negara ini telah membangun pembangkit listrik tenaga panas bumi sebesar MW. Namun, sumber daya panas bumi yang belum dimanfaatkan diperkirakan berjumlah MW – 40% dari total cadangan panas bumi dunia. Seorang biksu Budha duduk di depan kawah gunung berapi Kawah Ijen ketika gas belerang dilepaskan, Jawa Timur, Indonesia. Kredit Malgorzata Drewniak / Foto Stock Alamy. Indonesia merupakan titik panas atau “hotspot” untuk tenaga panas bumi karena aktivitas vulkaniknya. Indonesia terletak di Cincin Api Pasifik dan merupakan rumah bagi 139 gunung berapi, menurut Global Volcanism Program. Negara ini memiliki target agar bauran energi dari panas bumi mencapai MW pada tahun 2025, yang akan membuat Indonesia menjadi produsen panas bumi terbesar di dunia. Jokowi membuka ladang angin pertama di Indonesia pada bulan Juli 2018. Ladang Angin Sidrap, merupakan ladang angin terbesar di Asia Tenggara, menghasilkan 75 MW daya listrik dan memasok daya ke Sulawesi, sebuah pulau di sebalah timur Kalimantan. Ladang angin 72 MW kedua saat ini sedang dibangun di pulau tersebut. Presiden Indonesia, Joko Widodo, melantik Ladang Angin Sidrap di Sulawesi Selatan, 2 Juli 2018. Kredit Yermia Riezky Santiago / Foto Stock Alamy. Indonesia saat ini hanya memiliki 16 MW tenaga surya, menurut data dari International Renewable Energy Agency IRENA. Namun, pemerintah bertujuan untuk memiliki tenaga surya MW dan tenaga angin MW pada tahun 2025, menurut laporan dari IRENA. Namun Indonesia “dapat melampaui tujuan saat ini dan menggunakan lebih banyak energi terbarukan”, menurut laporan tersebut. Jika kebijakan disesuaikan, Indonesia dapat mencapai target energi terbarukan 2050 pada tahun 2030, simpulnya. Analisis mencatat bahwa potensi tenaga surya masih diremehkan oleh kebijakan pemerintah saat ini. Dengan kebijakan dan investasi baru, tenaga surya berpotensi “menyediakan listrik untuk hampir 1,1 juta rumah tangga di daerah terpencil yang saat ini kekurangan akses listrik yang memadai”, katanya. Peraturan tentang perubahan iklim Sistem hukum Indonesia didasarkan pada hukum Romawi-Belanda, adat dan hukum Islam. Berbagai peraturan dihasilkan tersusun dalam beberapa tingkatan yaitu sebagai berikut dalam urutan kepentingan UUD 1945; Resolusi MPR; Undang-Undang; Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; Peraturan Pemerintah; Keputusan Presiden; Peraturan Daerah. Sebagian besar undang-undang terkait perubahan iklim di Indonesia diarahkan untuk menanggulangi emisi dari sektor hutan. Undang-undang tersebut, yang telah dibahas secara lebih rinci di atas, mencakup moratorium pengeringan lahan gambut dan konversi hutan hujan primer. Pada bulan September 2018, Jokowi mengeluarkan Instruksi Presiden untuk moratorium izin baru bagi perkebunan kelapa sawit selama tiga tahun. Sektor energi juga ada dalam peraturan terkait perubahan iklim. Pemerintah mengeluarkan peraturan pada tahun 2014 yang berisi komitmen untuk meningkatkan porsi energi terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025 dan 31% pada tahun 2050 – naik dari porsi saat ini yang baru mencapai 5%. Indonesia memiliki target untuk meningkatkan efisiensi energi. Rencana Induk Konservasi Energi Nasional RIKEN menetapkan sasaran penurunan intensitas energi sebesar 1% per tahun hingga 2025. Pada Oktober 2017, pemerintah mengumumkan inisiatif baru yang bertujuan memasukkan aksi iklim ke dalam agenda pembangunan nasional. Indonesia memiliki empat rencana pembangunan lima tahun terpisah yang mencakup periode 2005-2025. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional untuk 2015-2019 berpegang pada prinsip bahwa “ekonomi hijau” harus menjadi dasar pembangunan nasional. Rencana ini bertujuan memberantas pembalakan, penangkapan ikan dan penambangan liar, serta peningkatan partisipasi masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan. Rencana tersebut juga menetapkan tujuan untuk meningkatkan ketahanan masyarakat yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Selain itu, rencana tersebut juga secara khusus menargetkan pengurangan emisi dari lima “sektor prioritas“, termasuk kehutanan dan lahan gambut, pertanian, energi dan transportasi, industri dan limbah. Pada 25 Maret 2019, pemerintah meluncurkan laporan yang melihat bagaimana aksi iklim dapat dimasukkan ke dalam rencana pembangunan negara untuk 2020-2025. Laporan tersebut menyatakan bahwa jalur pembangunan “rendah karbon” dapat mendorong tingkat pertumbuhan PDB sebesar 6% per tahun hingga 2045, lebih tinggi dari tingkat yang diharapkan melalui jalur “bisnis seperti biasa”. Jalur ini juga dapat mengurangi emisi hingga 43% pada tahun 2030, jika dibandingkan dengan “bisnis seperti biasa” – melebihi target iklim nasional saat ini. Pendanaan iklim Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi GRK sebesar 29-41% pada tahun 2030, dibandingkan dengan “bisnis seperti biasa” – tetapi bagian atas dari komitmen tersebut bergantung pada “dukungan kerja sama internasional”. Namun, komitmen tersebut tidak menyebutkan dengan rinci berapa banyak bantuan yang dibutuhkan untuk mencapai bagian atas dari target tersebut. Sebuah dokumen dari pemerintah yang diterbitkan terpisah pada saat itu manyatakan bahwa untuk memenuhi target energi terbarukan saja akan menelan biaya $108 miliar. Indonesia merupakan negara dengan ekonomi pasar berkembang utama, tetapi penduduknya menghadapi ketimpangan ekonomi yang tajam. Sebuah laporan oleh Oxfam pada 2017 menemukan bahwa empat orang terkaya di Indonesia sekarang lebih kaya dari 100 juta orang termiskin di negara ini. Analisis oleh Carbon Brief menunjukkan bahwa Indonesia merupakan penerima pembiayaan iklim terbesar keenam di dunia, setelah menerima rata-rata $952 juta setahun dari 2015-2016. Analisis Carbon Brief lebih lanjut menunjukkan bahwa, pada tahun 2016, Indonesia telah dianugerahi $362 juta dalam investasi dari Green Climate Fund GCF dan Climate Investment Fund CIF. Skema penting yang dibiayai oleh dana perubahan iklim multilateral termasuk proyek $150 juta untuk mengembangkan energi panas bumi sektor swasta dan $18 juta untuk proyek yang dipimpin masyarakat untuk mengatasi degradasi hutan. Dampak dan adaptasi Sebagai negara berpenduduk padat yang tersebar di pulau-pulau tropis, Indonesia dianggap sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Kenaikan permukaan laut mengancam 42 juta orang yang tinggal di bawah 10 meter di atas permukaan laut di Indonesia. Kenaikan satu meter di permukaan laut bisa menggenangi hektar lahan pesisir Indonesia dan menyebabkan pulau-pulau di dataran rendah tenggelam. Ibukota negara, Jakarta – yang merupakan rumah bagi 10 juta orang – terancam akut oleh kenaikan permukaan laut dan telah digambarkan sebagai “kota yang paling cepat tenggelam” di bumi. Ancaman ini semakin parah di wilayah perkotaan dikarenakan adanya banyak penggalian sumur illegal, yang menyebabkan penurunan muka tanah. Banjir di Jakarta, Indonesia, 10 Februari 2015. Kredit Dani Daniar / Alamy Stock Photo. Sebagian besar pulau-pulau di Indonesia diprediksikan akan mengalami peningkatan curah hujan, kecuali pulau-pulau di wilayah selatan, termasuk Pulau Jawa yang diprediksikan menurun hingga 15%. Curah hujan baik meningkat atau menurun, masing-masing dapat meningkatkan risiko banjir bandang dan kekeringan. Kota-kota besar Indonesia sangat rentan terhadap banjir bandang, yang dapat memicu tanah longsor yang sangat merusak. Periode monsun tahunan di Indonesia juga dapat dipengaruhi oleh perubahan iklim. Penelitian menunjukkan risiko penundaan 30 hari ke musim hujan bisa mencapai 40% pada tahun 2050, dibandingkan dengan 18% saat ini. Hal ini dapat memiliki konsekuensi besar untuk produksi pertanian. Analisis dari Carbon Brief menemukan bahwa suhu rata-rata di pulau-pulau Indonesia telah meningkat sekitar 1,2°-1,5°C sejak dimulainya era industri. Peningkatan suhu – selain perubahan dalam fenomena iklim alami El Niño – selanjutnya dapat meningkatkan risiko yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan. Selain mempercepat perubahan iklim, kebakaran meningkatkan risiko gangguan bagi keanekaragaman hayati Indonesia. Indonesia merupakan rumah bagi 12% dari spesies mamalia, 16% dari spesies reptil dan 17% dari spesies burung dunia. Burung Cendrawasih jantan untuk menarik perhatian betina, Papua, Indonesia. Kredit Gabbro / Alamy Stock Photo. Indonesia meluncurkan Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim RAN-API pada tahun 2012. Dalam kata pengantar laporan ini, Endah Murniningtyas, Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup BAPPENAS, menulis “Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia adalah salah satu negara yang paling rentan terhadap perubahan iklim.” Laporan ini menguraikan rencana untuk meningkatkan ketahanan Indonesia terhadap perubahan iklim, yaitu dengan mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan ketahanan energi dan pangan dan untuk meningkatkan ketahanan ekosistem hutannya. Laporan ini juga mengidentifikasi pulau-pulau kecil, wilayah pesisir dan kota-kota sebagai “wilayah khusus” yang paling membutuhkan langkah adaptasi yang lebih kuat. Artikel ini diterjemahkan dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia oleh Lia Zakiyyah.
Penyumbanggas rumah kaca terbesar kedua adalah sektor transportasi yang menyumbang 26% dari seluruh emisi. Transportasi meliputi pesawat, kereta api, mobil, bus, truk, dan kapal. Masalah terbesar dengan transportasi adalah ketergantungannya pada bahan bakar fosil yang terutama menghasilkan karbon dioksida.
Halo, nama saya Si Rajin. Saya adalah seorang penulis profesional yang ingin memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pengunjung. Dalam artikel ini, saya akan membahas tentang pembakaran bahan bakar dan dampaknya terhadap lingkungan. Pengertian Pembakaran Bahan Bakar Dampak Pembakaran Bahan Bakar terhadap Lingkungan Solusi untuk Mengurangi Dampak Pembakaran Bahan Bakar FAQ tentang Pembakaran Bahan Bakar Keuntungan Mengurangi Pembakaran Bahan Bakar Tips Mengurangi Konsumsi Bahan Bakar Ringkasan Pengertian Pembakaran Bahan Bakar Pembakaran bahan bakar adalah proses penggabungan oksigen dengan bahan bakar seperti bensin, diesel, atau gas. Proses ini menghasilkan energi yang digunakan untuk menggerakkan kendaraan atau mesin lainnya. Pembakaran bahan bakar juga menghasilkan gas buang seperti karbon dioksida, karbon monoksida, dan nitro oksida. Dampak Pembakaran Bahan Bakar terhadap Lingkungan Pembakaran bahan bakar memiliki dampak negatif terhadap lingkungan. Gas buang yang dihasilkan mengandung zat-zat berbahaya seperti karbon monoksida, yang dapat menyebabkan keracunan, dan nitro oksida, yang menyebabkan polusi udara. Selain itu, pembakaran bahan bakar juga menghasilkan gas rumah kaca seperti karbon dioksida, yang menyebabkan pemanasan global. Polusi udara yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti iritasi mata dan tenggorokan, batuk, dan asma. Selain itu, polusi udara juga dapat menyebabkan kerusakan pada tumbuhan, hewan, dan ekosistem secara keseluruhan. Solusi untuk Mengurangi Dampak Pembakaran Bahan Bakar Untuk mengurangi dampak negatif dari pembakaran bahan bakar terhadap lingkungan, ada beberapa solusi yang dapat dilakukan. Salah satunya adalah menggunakan kendaraan yang lebih efisien dalam penggunaan bahan bakar seperti mobil listrik atau kendaraan bertenaga hidrogen. Selain itu, penggunaan transportasi umum juga dapat membantu mengurangi konsumsi bahan bakar secara keseluruhan. Selain itu, penggunaan bahan bakar alternatif seperti biofuel atau gas alam dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca. Penggunaan teknologi ramah lingkungan pada mesin atau kendaraan juga dapat membantu mengurangi emisi gas buang. FAQ tentang Pembakaran Bahan Bakar Apakah semua bahan bakar menghasilkan gas buang? Ya, semua bahan bakar menghasilkan gas buang saat dibakar. Apakah pembakaran bahan bakar berbahaya bagi kesehatan? Ya, polusi udara yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti iritasi mata dan tenggorokan, batuk, dan asma. Apakah ada alternatif yang lebih ramah lingkungan daripada bahan bakar fosil? Ya, beberapa alternatif yang lebih ramah lingkungan adalah biofuel, gas alam, dan kendaraan listrik. Bagaimana cara mengurangi konsumsi bahan bakar pada kendaraan? Beberapa cara untuk mengurangi konsumsi bahan bakar pada kendaraan adalah dengan mengemudi secara hati-hati, mempertahankan kecepatan yang stabil, dan memeriksa tekanan ban secara teratur. Apakah ada dampak positif dari mengurangi konsumsi bahan bakar? Ya, mengurangi konsumsi bahan bakar dapat mengurangi emisi gas buang dan gas rumah kaca, serta menghemat biaya bahan bakar. Apakah mesin diesel lebih ramah lingkungan daripada mesin bensin? Tidak, mesin diesel menghasilkan lebih banyak emisi nitro oksida yang berbahaya bagi kesehatan. Apakah kendaraan listrik benar-benar ramah lingkungan? Ya, kendaraan listrik tidak menghasilkan emisi gas buang dan dapat diisi ulang dengan listrik yang dihasilkan dari sumber energi terbarukan. Apakah semua kendaraan listrik menghasilkan emisi gas rumah kaca? Tidak, kendaraan listrik hanya menghasilkan emisi gas rumah kaca jika listrik yang digunakan dihasilkan dari pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar fosil. Keuntungan Mengurangi Pembakaran Bahan Bakar Mengurangi pembakaran bahan bakar memiliki banyak keuntungan. Selain membantu mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, hal ini juga dapat menghemat biaya bahan bakar dan meningkatkan efisiensi kendaraan atau mesin. Dengan mengurangi konsumsi bahan bakar, kita juga dapat mengurangi ketergantungan pada sumber daya fosil yang terbatas dan tidak dapat diperbaharui. Hal ini dapat membantu mengurangi risiko terjadinya krisis energi di masa depan. Tips Mengurangi Konsumsi Bahan Bakar Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu mengurangi konsumsi bahan bakar Mengemudi dengan hati-hati dan menghindari akselerasi yang tiba-tiba Pertahankan kecepatan yang stabil dan hindari mengerem atau mempercepat secara tiba-tiba Periksa tekanan ban secara teratur dan pastikan ban terisi penuh Matikan mesin saat berhenti lebih dari satu menit Gunakan AC hanya saat diperlukan dan atur suhu sesuai kebutuhan Bersihkan filter udara secara teratur Gunakan bahan bakar berkualitas tinggi Pilih kendaraan yang lebih efisien dalam penggunaan bahan bakar Ringkasan Pembakaran bahan bakar merupakan penyumbang terbesar gas buang yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Untuk mengurangi dampak negatif dari pembakaran bahan bakar, kita perlu mengurangi konsumsi bahan bakar secara keseluruhan dan menggunakan bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan. Dengan mengurangi konsumsi bahan bakar, kita dapat menghemat biaya, meningkatkan efisiensi kendaraan atau mesin, serta membantu mengurangi risiko terjadinya krisis energi di masa depan. Emisikarbon merupakan penyumbang terbesar dalam polusi dunia, seperti CO2, gas pembuangan dari pembakaran bensin, solar, gas LPG, dan bahan bakar lainnya yang mengandung hidrokarbon. tingkat karbon dioksida di bumi akan terus mengalami kenaikan hingga 50%. Aktivitas manusia sehari-hari, pembakaran bahan bakar fosil, dan pembalakan hutan Saat berpergian menggunakan sepeda motor atau berjalan kaki di kota, pernah nggak sih RG Squad merasa sesak dan kesal karena begitu banyak asap berbau nggak enak? Tahu nggak kalian asap-asap itu munculnya dari mana? Bener banget, kebanyakan asap itu keluar dari kendaraan-kendaraan bermotor, seperti angkutan umum, mobil pribadi, motor, dan kendaraan bermotor lainnya. Gambar. Asap mengebul dari kendaraan bermotor Sumber Perlu kalian ketahui bahwa pembakaran bahan bakar minyak akan menghasilkan gas-gas sisa pembakaran. Kandungan utama bahan bakar minyak adalah hidrokarbon, serta sedikit senyawa belerang, nitrogen dan oksigen. Pembakaran sempurna hidrokarbon dalam minyak bumi menghasilkan karbon dioksida dan uap air. Sementara itu pembakaran tidak sempurna akan menghasilkan partikel padat yang dikenal dengan asap dan berisi butiran-butiran halus dari karbon jelaga, karbon monoksida, karbon dioksida, dan uap air. Bensin merupakan salah satu hasil pengolahan minyak bumi yang kandungan utamanya adalah oktana C8H18. Jika kita perhatikan reaksi pembakaran sempurna reaksi 1 dan tidak sempurna reaksi 2 dan 3, dapat disimpulkan bahwa pembakaran dapat berlangsung sempurna atau tidaknya, ditentukan oleh perbandingan jumlah volume bensin C8H18 dengan volume gas oksigen O2. Semakin terbatas jumlah oksigen, semakin tidak sempurna pembakaran yang terjadi, dan semakin banyak jelaga C yang dihasilkan. Gas karbon dioksida CO2 merupakan gas rumah kaca yang dapat menyebabkan terjadinya pemanasan global, sedangkan gas karbon monoksida akan berikatan dengan hemoglobin sehingga mengganggu fungsi hemoglobin dalam mengikat oksigen. Akibatnya, pada kadar tertentu dapat menyebabkan kematian. Sementara itu, jelaga merupakan serbuk halus dari karbon C yang jika terhirup dapat merusak alat pernafasan. Selain gas karbon dioksida dan karbon monoksida, dampak pembakaran bahan bakar dalam mesin kendaraan bermotor dapat menghasilkan gas belerang dioksida SO2 karena di dalam minyak bumi terdapat senyawa belerang, serta gas oksida nitrogen NOx karena untuk membakar bahan bakar bensin dalam mesin digunakan udara sebagai sumber oksigen dan udara mengandung gas nitrogen. Belerang dari minyak bumi dapat teroksidasi menjadi gas belerang dioksida SO2 Ss + O2g → SO2g Ketika di udara gas SO2 ini dapat teroksidasi mejadi gas SO3. SO2g + O2g → SO3g Gas SO3 ini sangat mudah bereaksi dengan air menghasilkan asam sulfat, sehingga gas SO3 ini dapat menyebabkan hujan asam. SO3g + H2Ol → H2SO4aq Pada suhu tinggi, di dalam mesin kendaraan bermotor dapat terjadi reaksi antara nitrogen dan oksigen. N2g + O2g → NOxg Gas oksida nitrogen dalam kadar tinggi dapat menyebabkan iritasi pada mata sehingga menyebabkan mata perih dan merah. Selain itu, dampak pembakaran bahan bakar yang menghasilkan gas oksida nitrogen merupakan salah satu gas penyebab terjadinya efek rumah kaca greenhouse effect yang berdampak pada pemanasan global peningkatan suhu bumi. Baca Juga Proses Pengolahan Minyak Bumi Sekarang kalian tahu kan dari mana dan bagaimana asap-asap di jalanan itu muncul. Selain itu kalian juga tahu kandungan-kandungan apa saja pada asap kendaraan bermotor itu. Tetap berhati-hati ya, karena kandungan-kandungan asap tersebut sangat berbahaya bagi kesehatan RG Squad semua. Oke deh, kalian juga bisa mengetahui lebih banyak lagi materi-materi pelajaran kimia di ruangbelajar. Ruangbelajar akan menyajikan berbagai video animasi dengan materi pelajaran yang lengkap dan sesuai kurikulum terbaru.
Bensinmerupakan bahan bakar transportasi yang memegang peranan penting. Bensin mengandung lebih dari 500 jenis hidrokarbon yang memiliki rantai C5 - C 10. Pembakaran menghasilkan lebih banyak mol produk reaksi dan juga panas yang besar. Akibatnya tekanan gas meningkat dan piston terdorong ke bawah. Gerakan piston ini memutar proses

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Seiring dengan berkembangnya zaman, permasalahan mengenai lingkungan mulai banyak bermunculan. Bahkan masalah lingkungan telah menjadi topik di seluruh dunia ini. Sehingga dengan banyaknya permasalahan lingkukan yang terjadi di dunia ini, terdapat konsep environmental security atau keamanan lingkungan. Konsep keamanan lingkungan juga timbul karena adanya kesadaran manusia akan masalah lingkungan yang sebagian besar terjadi karena tingkah laku manusia sendiri yang tidak dapat menjaga lingkungan sekitar dengan baik. Istilah keamanan lingkungan ini juga mengacu dari adanya rasa ketidakamanan atau kekhawatiran yang dialami oleh setiap individu akibat adanya perubahan lingkungan sekitar kita yaitu, salah satunya seperti kenaikan suhu bumi yang dari tahun ke tahun suhunya semakin meningkat. Maka, dapat kita pahami bahwa lingkungan adalah sebuah isu yang paling transnasional, dan keamanan sendiri merupakan dimensi yang penting dari keamanan nasional, perdamaian, serta hak asasi manusia. Sehingga keamanan lingkugan merupakan pusat dari keamanan nasional, yang terdiri dari dinamika dan interkoneksi antara manusia dan sumber daya alam. Sehingga dapat dikatakan juga bahwa keamanan lingkungan juga berhubunga erat dengan keamanan manusia atau human security G. Zurlini, 2008. Salah satu masalah lingkungan yang paling dikhawatirkan oleh masyarakat di dunia ini yaitu mengenai pemanasan global atau kenaikan suhu bumi. Organisasi Meteorologi Dunia WMO merilis outlook tahunan dan telah mempredisikan bahwa suhu bumi akan naik sekitar 1 – 1,5 derajat celcius setiap tahun hingga pada lima tahun kedepan Syatiri, 2020. Kenaikan suhu bumi dikarenakan beberapa sebab, antara lain yaitu karena meningkatnya gas rumah kaca. Gas rumah kaca sendiri terjadi karena adanya pembakaran minyak bumi, bahan bakar batu bara serta pembakaran gas alam. Penyebab lainya yaitu polusi udara karena bahan bakar kendaraan, efek rumah kaca, adaya penggunaan CFC yang berlebihan, adanya penggundulan hutan, dan lain sebagainya Nugroho, 2021. Diantara beberapa penyebab yang telah disebutkan diatas, hasil pembakaran batu bara memiliki efek yang jauh lebih merusak kondisi iklim di dunia ini daripada minyak dan gas. Karena proses pembakaran batu bara menghasilkan karbon dioksida CO2 yang lebih banyak, sehingga batu bara melepaskan 66% lebih banyak karbon dioksida per unit energi yang dihasilkan. Kemudian CO2 tersebut terakumulasi di atmosfer bumi, sehingga menimbulkan efek rumah kaca dan akhirnya menyebabkan terjadiya pemasan global atau kenaihan suhu bumi Welle, 2020. Perlu kita ketahui bahwa batu bara merupakan bahan bakar fosil yang melimpah dari cadangan global. Kemudian IEA meramalkan dalam World Energy Outlook for 200922 bahwa hingga pada tahun2030 permintaan global terhadap batu bara akan tumbuh lebih besar daripada permintaan akan gas alam maupun minyak. World Coal Institute juga meramalkan bahwa penggunaan batubara akan meningkat sebesar 60% selama 20 tahun mendatang. Sehingg dapat diperkirakan bahwa 45% emisi karbon dioksida pada tahun 2030 akan terkait dengan batu bara Nettleton, 2010Terdapat negara yang dinobatkan sebagai peyumbang terbesar gas emisi rumah kaca yang mengakibatkan kenaikan suhu bumi yaitu China. World Research Institute WRI mencatat bahwa lebih dari setengah emisi gas rumah kaca global disumbang oleh sepuluh negara di dunia ini. China pun menjadi urutan pertama sebagai peyumbang emisi gas rumah kaca terbesar. Tercatat bahwa China menghasilkan juta metrik ton karbon dioksida ekuivalen MtCO2e, jumlah tersebut setara degan 26,1% dari total keseluruhan emisi global Pusparisa, 2021. China sebagai penyumbang gas emisi rumah kaca terbesar di dunia dikarenakan China masih menggunakan batu bara sebagai sumber enegi utamanya. Kemudian terdapat sebuah janji dari pemerintah China bahwa mereka akan mengontrol laju pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara pada tahun 2021-2025. Akan tetapi melihat pada tahun 2020, China kembali menjadi penghasil tenaga listrik berbasis batu bara terbesar di dunia. Hasil produksi China mencapai 53% dari total keseluruhan negara di dunia. Serta instalasi batu bara di China mencapai 38,4 GW pada tahun tersebut. Jumlah tersebut setara dengan tiga kali lipat dari rata-rata yang dibangun oleh negara lain di dunia CNN, 2021. Melihat hal tersebut, saya sendiri tidak yakin bahwa China dapat mengontrol dengan baik laju pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara, karena sudah dapat kita ketahui di tahun 2020 saja China merupakan negara terbesar penghasil tenaga listrik berbasis batu bara, maka dengan itu tentunya bisa kita prediksi bahwa China pada tahun 2021-2025 masih belom dapat mengontrol dengan baik penggunaan batu bara sebagai sumber energi yang dapat berakibat pada kenaikan suhu di bumi kita ketahui bahwa China juga memiliki janji untuk menghentikan pertumbuhan emisi gas rumah kaca tahunannya pada tahun 2030 di bawah kesepakatan Iklim Paris. Salah satu upaya yang dilakukan China yaitu dengan membangun ladang panel surya raksasa. Sehigga sekarang ini China telah memiliki ladang panel surya terbesar di dunia. 1 2 3 Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya

Pembangkitlistrik melepaskan sebagian besar sulfur dioksida dan sebagian besar nitrogen oksida ketika mereka membakar bahan bakar fosil, seperti batu bara, untuk menghasilkan listrik. Selain itu, knalpot dari mobil, truk, dan bus melepaskan nitrogen oksida dan sulfur dioksida ke udara. Bahan pencemar inilah yang menyebabkan terjadinya hujan asam.
ArticlePDF Available AbstractThe use of biodiesel in boilers has great benefits because it reduces exhaust emissions. The purpose of this study is to test the quality of solar and biosolar raw materials as fuel from the boiler, analyze the concentration of pollutant gases NOx, CO2, SO2 from the combustion of biosolar and diesel oil experimentally. The combustion system in the boiler tends to be simpler than compression ignition as is done with diesel engines. This research was conducted experimentally in a fire tube boiler, with a heat input rate of 60,000 kCal / hour and a pressure of 3 bar using biodiesel made from CPO crude palm oil as fuel. The mixture varies at 0, 5, 10, 15, 20 and 25% biodiesel in a mixture with biosolar diesel B0, B5, B10, B15, B20 and B25. This research was carried out experimentally by testing the exhaust gas emissions generated from the stack gas stack which is expected to produce low exhaust emissions and are environmentally friendly. The results show that the use of biodiesel reduces gas emissions by increasing the value of biodiesel in the mixture. The results showed that the lowest gas emissions were around NOx; SO2 and CO2 contained in a mixture of 25% biodiesel in fuel B25. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. 86POROS, Volume 16 Nomor 1, Mei 2018, 86 – 93ANALISIS EMISI GAS BUANG HASIL PEMBAKARAN SOLAR DAN BIOSOLAR B25 PADA FIRE TUBE BOILER Winny Andalia1, Sukarmansyah2 dan Amin Fauzie2 1Program Studi Teknik Industri Universitas Tridinanti Palembang 2Program Studi Teknik Mesin Universitas Tridinanti Palembang e-mail winnyandalia90 Abstract The use of biodiesel in boilers has great benefits because it reduces exhaust emissions. The purpose of this study is to test the quality of solar and biosolar raw materials as fuel from the boiler, analyze the concentration of pollutant gases NOx, CO2, SO2 from the combustion of biosolar and diesel oil experimentally. The combustion system in the boiler tends to be simpler than compression ignition as is done with diesel engines. This research was conducted experimentally in a fire tube boiler, with a heat input rate of 60,000 kCal / hour and a pressure of 3 bar using biodiesel made from CPO crude palm oil as fuel. The mixture varies at 0, 5, 10, 15, 20 and 25% biodiesel in a mixture with biosolar diesel B0, B5, B10, B15, B20 and B25. This research was carried out experimentally by testing the exhaust gas emissions generated from the stack gas stack which is expected to produce low exhaust emissions and are environmentally friendly. The results show that the use of biodiesel reduces gas emissions by increasing the value of biodiesel in the mixture. The results showed that the lowest gas emissions were around NOx; SO2 and CO2 contained in a mixture of 25% biodiesel in fuel B25. Keywords Biodiesel, CPO, Emission, Fire Tube Boiler PENDAHULUAN Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Berbagai kegiatan tersebut berkontribusi besar terhadap pencemaran udara dan menimbulkan efek buruk bagi kondisi atmosfer lingkungan. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan udara bersih, pemerintah Indonesia membuat peraturan pemerintah RI No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan harus dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukung bagi mahluk hidup untuk dapat hidup secara optimal. Permasalahan lingkungan yang timbul akibat meningkatnya permintaan supplai energi yang tinggi menjadi suatu masalah besar bagi negara Indonesia. Salah satu aspek polusi lingkungan yaitu emisi gas buang seperti SO2, CO, dan NOx dari pengoperasian boiler berbahan bakar minyak solar berbasis fosil dari suatu industri. Dampaknya terjadi penurunan kualitas udara ambien yang disebabkan oleh emisi gas pollutan dari cerobong stack. Data World Recource Institue menyatakan bahwa kondisi atmosfer Indonesia berada pada level ke-14 di dunia yang dinyatakan dengan nilai absolute emission, setelah Meksiko. Hal ini menunjukkan emisi polutan yang terjadi di Indonesia cukup tinggi dan mempengaruhi dampak terhadap perubahan iklim di atmosfer. Salah satu upaya dalam menyikapi perubahan iklim global yang terjadi di beberapa industri terkait yaitu dengan penggunaan bahan bakar nabati sebagai pengganti bahan bakar fosil seperti biosolar. Pada penelitian ini digunakan boiler berbahan bakar biosolar dan solar. Emisi gas buang SO2, CO2, NOx dianalisis menggunakan gas analyzer. Parameter yang diteliti adalah pengaruh penambahan bahan bakar solar dan biosolar pada fire tube boiler terhadap emisi gas buang yang dihasilkan. PERUMUSANAN MASALAH Berdasarkan Hasil pengujian pada kebanyakan mesin diesel dan boiler menunjukkan bahwa pada satu sisi penggunaan biosolar mampu memberikan efek penurunan emisi terutama pada parameter SO2, PM, CO2 dan HC, namun sebaliknya menunjukkan kecenderungan peningkatan terhadap emisi NOx [1]. Bagaimana menghasilkan kondisi optimum emisi gas buang yang ramah Analisis emisi gas buang hasil pembakaran solar dan biosolar B25 pada fire tube boiler W. Andalia 87lingkungan dalam penggunaan bahan bakar biosolar dan solar pada alat fire tube boiler secara eksperimen. TINJAUAN PUSTAKA Boiler Salah satu peralatan yang sangat penting di dalam suatu pembangkit tenaga listrik adalah Boiler Steam Generator atau yang biasanya disebut ketel uap. Alat ini merupakan alat penukar kalor, dimana energi panas yang dihasilkan dari pembakaran diubah menjadi energi potensial yang berupa uap. Uap yang mempunyai tekanan dan temperatur tinggi inilah yang nantinya digunakan sebagai media penggerak utama Turbin Uap. Energi panas diperoleh dengan jalan pembakaran bahan bakar di ruang bakar. Geometri boiler dapat berbentuk silinder vertikel maupun horizontal. Proses pembentukan uap yang terjadi pada ketel uap adalah sebagai berikut mula-mula tangki diisi dengan air, kemudian tangki dipanasi hingga temperatur dalam tangki akan naik mencapai titik didih maka terbentuk uap. Uap yang terbentuk pada temperatur didih ini disebut uap jenuh. Fire Tube Boiler Pada fire tube boiler, gas panas melewati pipa–pipa dan air umpan boiler ada didalam shell untuk diubah menjadi steam. Fire tube boiler biasanya digunakan untuk kapasitas steam yang relatif kecil dengan tekanan steam rendah sampai sedang. Sebagai pedoman, fire tube boiler kompetitif untuk kecepatan steam sampai kg/jam dengan tekanan sampai 18 kg/cm. Fire tube boiler dapat menggunakan bahan bakar minyak bakar, gas atau bahan bakar padat dalam operasinya. Untuk alasan ekonomis, sebagian besar fire tube boiler dikonstruksisebagai “paket” boiler dirakit oleh pabrik untuk semua bahan bakar [2]. Gambar 1. Fire Tube Boiler Biodiesel Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono-alkyl ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur atau lemak hewan. Sebuah proses dari transesterifikasi lipid digunakan untuk mengubah minyak dasar menjadi ester yang diinginkan dan membuang asam lemak bebas. Setelah melewati proses ini, tidak seperti minyak sayur langsung, biodiesel memiliki sifat pembakaran yang mirip dengan diesel solar dari minyak bumi, dan dapat menggantikannya dalam banyak kasus. Namun, lebih sering digunakan sebagai penambah untuk diesel petroleum, meningkatkan bahan bakar diesel petrol murni ultra rendah belerang yang rendah pelumas [3]. Biodiesel merupakan senyawa kimia sederhana dengan kandungan enam sampai tujuh macam ester asam lemak. Biodiesel didefinisikan sebagai metil ester dengan panjang rantai karbon antara 12 sampai 20 dari asam lemak turunan dari lipid contohnya minyak nabati atau lemak 88POROS, Volume 16 Nomor 1, Mei 2018, 86 – 93hewani. Komposisi dan sifat kimia dari biodiesel tergantung pada kemurnian, panjang pendek, derajat kejenuhan, dan struktur rantai alkil asam lemak penyusunnya [4]. Idealnya, transesterifikasi berpotensi menjadi cara yang lebih efisien untuk mengubah struktur molekul minyak dari yang besar menjadi lebih kecil, dari yang bercabang menjadi molekul rantai lurus berdasarkan jenis yang diperlukan dalam mesin pembakaran minyak solar biasa [4]. Tabel 1. Karakteristik biodiesels SNI -04-7182-2006 No Parameter dan satuannya Batas Nilai Metode Uji Metode setara1 Densitas pada 40°C, Kg/m3 850-890 ASTM D 1298 ISO 3675 2 Viskositas kinematik pada 40°mm2/s cSt 2,3-6,0 ASTM D 445 ISO 3104 3 Angka Setana Min. 51 ASTM D 613 ISO 5165 4 Titik nyala flash point pada 0° ASTM D 93 ISO 2710 5 Titik kabut Cloud Point ASTM D 2500 6 Titik Tuang Pour Point ASTM D97 7 Korosi bilah tembaga 3 jam,500C ASTM D 130 ISO 2160 8 Residu karbon,%-berat, Dalam contoh asli Dalam 10% ampas Distilasi ASTM D 4530 ISO 10370 9 Air dan sediman,%-volume ASTM D 2709 - 10 Temperatur distilasi 90%, 0C ASTM D 1160 - 11 Abu tersulfatkan,%-berat Maks 0,02 ASTM D 874 ISO 3987 12 Belerang,ppm-b mg/kg ASTM D 5453 Pren ISO 20884 13 Fosfor,ppm-b mg/kg AOCS Ca 12-55 FBI-A05-03 14 Angka asam,mg-KOH/gr AOCS Cd 3-63 FBI-A01-03 15 Gliserol bebas,%-berat AOCSCa 14-56 FBI-A02-03 16 Gliserol total,%-berat AOCS Ca14-56 FBI-A02-03 17 Kadar ester alkil,%-berat Dihitung * FBI-AO3-03 18 Bilangan iodine,g-I2/100g AOCS Cd1-25 FBI-AO4-03 19 Uji Halphen negatif AOCS Cb 1-25 FBI-AO6-03 Sumber BSN 2006 Biodiesel merupakan bahan bakar yang berwarna kekuningan yang viskositasnya tidak jauh berbeda dengan minyak solar. Oleh karena itu campuran bio-diesel dengan minyak solar dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar kendaraan berbahan bakar minyak solar tanpa merusak atau memodifikasi mesin [5,6]. Data Tabel 1 di atas menampilkan Standar Nasional Indonesia SNI untuk Biodiesel yang diproduksi di Indonesia. Salah satu keuntungan penambahan biodiesel sebagai campuran dengan minyak solar adalah peningkatan lubrisitas bahan bakar dan mereduksi emisi gas buang. Proses paling umum dalam pembuatan biodiesel dikenal sebagai proses transesterifikasi dengan bahan baku minyak nabati, lemak hewani dan minyak goreng bekas dan direaksikan dengan alkohol dengan adanya suatu katalis tertentu. Minyak solar merupakan jenis bahan bakar minyak untuk mesin diesel yang bersifat tidak terbarukan. Diperlukan upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak solar. Salah satu energi alternatif sebagai upaya pengurangan ketergantungan tersebut adalah biodiesel. Namun biodiesel dalam keadaan murni B100 memiliki beberapa kekurangan jika digunakan dalam keadaan murni. Tindakan umum yang dilakukan untuk mengatasi kekurangan B100 sebagai bahan bakar adalah dilakukan blending dengan minyak solar pada formulasi blending tertentu [7]. Blending adalah suatu proses pencampuran untuk mendapatkan produk atau umpan yang memenuhi persyaratan atau spesifikasi yang diperlukan. Untuk blending di Indonesia baru ada B5 atau yang biasa kita kenal dengan biosolar. Sampai saat ini formulasi terbaik yang dapat diterapkan dengan kondisi mesin yang sudah ada dibanyak mesin transportasi yang digunakan adalah melakukan blending dengan formulasi blending mencapai 20%. Istilah B20 ini menunjukkan atas 20% biodiesel dan 80% solar. Begitu juga dengan B5 yang berarti 5% biodiesel dan 95% solar. Istilah lain seperti B10, B20 dan B30 adalah mengikuti sesuai konsentrasi biodisel yang ditambahkan [8]. Angka setana pada bahan bakar minyak diesel menunjukkan kualitas penyalaan apabila nilai angka setana rendah akan memerlukan suhu yang sangat tinggi untuk penyalaannya, sebaliknya apabila Analisis emisi gas buang hasil pembakaran solar dan biosolar B25 pada fire tube boiler W. Andalia 89angka setana tinggi memerlukan titik penyalaan sendiri yang lebih rendah sehingga angka setana yang lebih tinggi akan mengurangi angka detonasi di dalam mesin [9].Uji B0, B10, B20, B30, B50 dan B100 biodiesel murni terhadap performa mesin dievaluasi melalui torsi, daya, dan bahan bakar spesifik konsumsi, sementara emisi dievaluasi melalui karbon monoksida CO, hidrokarbon HC, partikulat PM, karbon dioksida CO2, dan polutan NOx. Hasil menunjukkan bahwa konten yang lebih tinggi dari biodiesel sawit dapat mengurangi emisi CO, HC, PM, dan CO2. Ditemukan bahwa penambahan biodiesel bisa meningkatkan tenaga dan torsi [10]. Campuran biodiesel pada solar dapat membantu mengendalikan polusi udara dan mengurangi tekanan pada sumber daya yang langka tanpa mengorbankan kekuatan mesin dan ekonomi secara signifikan. Namun, banyak penelitian lebih lanjut tentang optimasi dan modifikasi pada mesin, kinerja suhu rendah pada mesin, instrumentasi baru dan metodologi untuk pengukuran harus dilakukan ketika petroleum diesel diganti sepenuhnya oleh biodiesel [11,12]. METODE PENELITIAN Gambar 2. Blok diagram kerja pengambilan data secara eksperimen Gambar 3. Sistem rangkaian alat penelitian BBM SOLAR BIODIESEL BLENDING 0, 5,10,15,20, 25 % KARAKTERISASI BAHAN BAKAR UJI PEMBAKARAN PENGUKURAN ANALISIS GAS BUANG 90POROS, Volume 16 Nomor 1, Mei 2018, 86 – 93HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 2. Hasil analisis bahan bakarBahan Bakar Bxx Viskositas cst Water Content ppm Heating Value kkal/kg Cetane Number Flash Point oC Solar Biodiesel 100% 0% B0 2,962 26,6 10737 47,4 83,1 95% 5 % B5 2,997 10,4 10629 50,6 82,3 90% 10% B10 3,072 7,4 10509 54,9 82,3 85% 15% B15 3,118 4,5 10488,5 56,2 82,3 80% 20% B20 3,164 2,6 10468 57,5 82,3 75% 25% B25 3,118 1,5 10252 56,2 82 Gambar 4. Pengaruh biosolar terhadap viskositas Dari grafik batang diatas dapat dilihat bahwa pada campuran bahan bakar B0, B5, B10, B15, B20 an B25 mengalami peningkatan terhadap viskositasnya karena pengaruh dari pencampuran biodiesel terhadap minyak solar. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi viskositas bahan bakar yang lebih tinggi dapat menyulitkan proses atomisasi bahan bakar, sehingga berakibat pada penurunan daya mesin. Daya mesin yang lebih rendah dapat menyebabkan penurunan efisiensi termal mesin. Gambar 5. Pengaruh biosolar terhadap kadar air Water Content Pada grafik batang di atas menunjukkan kecenderungan bahwa semakin besar campuran biodiesel pada bahan bakar solar maka semakin kecil kandungan airnya karena sifat fisika kimia dari biodiesel. Pada B0 solar murni menunjukkan kadar air yang tinggi sebesar 26,6 ppm atau setara dengan 0,00266% dibandingkan B5, B10, B15, B20 dan B25 sedangkan pada B25 kadar air makin rendah sebesar 1,5 ppm setara dengan 0,00015%. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia SNI 2006 kadar air yang terkandung dalam biodiesel maksimum Kadar air merupakan salah satu tolak ukur mutu biodiesel, dan dari hasil analisis di atas menunjukkan bahwa kadar air Analisis emisi gas buang hasil pembakaran solar dan biosolar B25 pada fire tube boiler W. Andalia 91memenuhi syarat mutu dari biodiesel. Menurut Syamsidar [13], semakin kecil kadar air dalam minyak maka mutunya akan semakin baik karena akan memperkecil terjadinya hidrolisis yang dapat menyebabkan kenaikan kadar asam lemak bebas. Kandungan air dalam bahan bakar dapat juga menyebabkan turunnya panas pembakaran, berbusa dan bersifat korosif jika bereaksi dengan sulfur karena akanmembentuk asam. Pada temperatur yang sangat dingin, air yang terkandung dalam bahan bakar membentuk kristal dan menyumbat aliran bahan bakar dan bersifat korosif. Gambar 6. Pengaruh biosolar terhadap heating value Dari data eksperimen yang telah dilakukan pada pengujian bahan bakar biosolar, terlihat bahwa grafik diatas mengalami penurunan secara signifikan pada variasi campuran biosolar B0, B5, B10, B15, B20 dan B25 terhadap nilai kalornya heating value. Penurunan ini disebabkan karena biodiesel memiliki nilai kalor 5-13% lebih rendah dibandingkan minyak solar, sehingga bila diaplikasikan pada sistem bahan bakar lebih banyak massa bahan bakar yang diinjeksikan untuk mencapai stoikiometri pembakaran sehingga berpengaruh pada peningkatan konsumsi bahan bakar. Selanjutnya jika temperatur bahan bakar dinaikkan, maka konsumsi bahan bakar yang dibutuhkan oleh mesin menjadi lebih besar. Hal ini sama dengan pernyataan Murni bahwa peningkatan bahan bakar ini dapat terjadi karena peningkatan temperatur bahan bakarnya yang menyebabkan bahan bakar menjadi lebih mudah terbakar, sehingga akan mempersingkat periode pra-pembakaran ignition delay [14]. Gambar 7. Pengaruh biosolar terhadap cetane number Peningkatan nilai cetane number pada campuran biosolar B0, B5, B10, B15, B20 dan B25 terjadi karena pengaruh pada waktu tunda penyalaan, hal ini dapat mempercepat waktu pembakaran. Nilai cetane number paling tinggi berada di campuran biosolar B25 sebesar 57,5. Cetane number merupakan ukuran yang menunjukkan kemampuan bahan bakar diesel untuk dikompresi dalam mesin. Prihandana menyatakan bahwa bilangan setana yang tinggi menunjukkan 92POROS, Volume 16 Nomor 1, Mei 2018, 86 – 93bahwa biodiesel dapat menyala pada temperatur yang relatif rendah begitu juga sebaliknya sehingga akan mudah terbakar di dalam silinder pembakaran mesin dan tidak terakumulasi [15]. Gambar 8. Pengaruh biosolar terhadap flash point Flash point atau titik nyala adalah temperatur terendah dari contoh pada saat mana api pencoba dapat menyalakan uap diatas permukaan contoh pada saat pemeriksaaan. Analisis flash point ini menggunakan metode tes ASTM D-93 dengan nilai minimal untuk flash point sebesar 60oC. Untuk analisis flash point ini menggunakan peralatan utama yaitu Alat Flash Point Pensky Martens Closed Cup dan termometer ASTM 1oC. Terlihat pada grafik diatas bahwa flashpoint rata-rata berkisar pada temperature 80-83oC sehingga sudah memenuhi standar SNI yang berlaku. Titik nyala sendiri tidak berkaitan langsung dengan kerja mesin, namun sangat penting untuk keamanan dan keselamatan penyimpanan biodiesel. Menurut Suryani [16], titik nyala yang tinggi akan memudahkan penanganan bahan bakar karena tidak perlu disimpan pada suhu rendah, sebaliknya titik nyala yang terlalu rendah akan membahayakan karena tingginya resiko terjadi penyalaan. Gambar 9. Hasil analisis emisi gas buang SIMPULAN Berdasarkan data dari hasil eksperimen dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan biodiesel memiliki keunggulan bagi industri boiler tipe fire tube atau pipa bola api karena dapat mengurangi emisi gas buang dibandingkan minyak diesel/solar. Emisi gas polutan menurun seiring dengan meningkatnya kandungan biodiesel dalam campuran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa emisi gas terendah yaitu sekitar 4,142% NOx; 12,50% SO2 dan 7,9% CO2 yang terdapat pada campuran 25% biodiesel dalam bahan bakar B25. Analisis emisi gas buang hasil pembakaran solar dan biosolar B25 pada fire tube boiler W. Andalia 93DAFTAR PUSTAKA [1]. Bowman, C. T., 2011. Control of Combustion-Generated Nitrogen Oxide Emissions Technology Driven by Regulation, Proc. Combustion Institute 24, pp. 859-878, 1992 [2]. Raharjo W. D dan Mesin Konversi Energi. Semarang Universitas Semarang Press. [3]. Badan Standardisasi Nasional, B. 2006. SNI 04-7182-2006. Jakarta Badan Standarisasi Nasional. [4]. Djamin, M., S.,Wirawan, 2010. Pengaruh Komposisi Biodiesel Terhadap Kinerja Mesin Dan Emisi Gas Buang. Jurnal Teknik Lingkungan 11 3 381-387. [5]. Komariah, Arita, S., Wirawan, Yazid, M., Novia. 2013. Emission factors of biodiesel combustion in industrial boiler A comparison to fossil fuel. Journal of Renewable and Sustainable Energy, 5, 052005. [6]. Habib, M. A., Elshafei, M., & Dajani, M. 2008. Influence of combustion parameters on NOx production in an industrial boiler. Computers and Fluids 37 , 12-23. [7]. Komariah, Arita, S., Wirawan, Yazid, M., Novia.2013. Effects of Palm Biodiesel Blends on Fuel Consumption in Fire Tube Boiler. Applied Mechanics and Materials Vol. 391 2013 pp 93-97 [8]. Um, S., and S. W. Park. "Numerical Study on Combustion and Emission Characteristics of Homogeneous Charge Compression Ignition Engines Fueled with Biodiesel ." Energy Fuel, 2009 24, 916-927. [9]. Setyadi, P., . Wibowo. Jurnal Konversi Energi dan Manufaktur UNJ, Edisiterbit II – Oktober 2015 93–99. [10]. Wirawan, S. S., A. H. Tambunan, and M. Djamin. "The Effect of palm biodiesel fuel on performance and emission of the automotive diesel engine,”." Eng. Int. CIGR E-J., 2008 X, 1–13. [11]. Xue, J., Grift, T. E., & Hansen, A. C. 2011. Effect of biodiesel on engine performances and emissions. Renewable and Sustaianble Energy Reviews 15, 1098-1116. [12]. Yuan, W., Hansen, A. C., & Zhang, Q. 2003. Predicting The Physical Properties of Biodiesel for Combustion Modeling. American Society of Agricultural Engineers 46 6, 1487-1493. [13]. Syamsidar, H. S. 2010. Pembuatan dan uji kualitas biodiesel dari minyak jelantah. Jurnal Teknosains, volume 7 2 1-22. [14]. Murni. 2013. Pengaruh Temperatur Solar Terhadap Performa Mesin Diesel Direck Injection Putaran Konstan. Semarang Universitas Diponegoro. [15]. Prihandana, R., R. Hendroko dan M. Nuramin. 2006. Menghasilkan Biodiesel Murah Mengatasi Polusi dan Kelangkaan BBM. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta. [16]. Suryani, A. 2009. Penurunan asam lemak bebas dan transesterifikasi minyak jelantah menggunakan kopelarut metil tersier butil eter MTBE. Skripsi Fakultas Teknik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Aziz PradanaKusmantoro Edy SularsoIrene Kartika Eka WijayantiBiodiesel is a substitute product for fossil oil or diesel which is made from vegetable oil. Indonesia as a producer of biodiesel which is made from palm oil. This derivative product of palm oil is supported by Government policies in its utilization and supply. This policy boosted the palm oil industry, so that production and export capacity increased for a decade. The European Union is the largest consumer of biodiesel. Therefore, Indonesia exports biodiesel to the European Union and has become one of the largest exporters in the region. The purpose of this study is to examine the factors that influence Indonesia's biodiesel exports in the European Union. The research method used is multiple linear regression analysis using OLS to examine the factors that affect the amount of Indonesian biodiesel exports in the European Union. The results show, the regression test of the factors that affect the amount of Indonesian biodiesel exports in the European Union, namely; EU biodiesel production and biodiesel consumption have a significant or positive effect on total exports of and the factor of the Rupiah exchange rate against the Euro, Indonesian biodiesel consumption, the dummy anti-dumping duty policy, international biodiesel prices and Indonesian diesel consumption have negative effects - respectively - while the CPO production factor and oil palm land area did not significantly affect the amount of biodiesel exports to the European Union. From these factors, the government needs to increase biodiesel production and maintain biodiesel consumption in the EU so that it does not decline. Increased bilateral diplomacy to partner countries in offering biodiesel needs to be increased so that Indonesian biodiesel has a very strong competitiveness and does not depend on just one trading MurniThe imperfect combustion process will be a problem in the development effort of diesel engine’s air–fuel mixing process is one of the factors which cause the imperfect heating upthe diesel solar up to a certain temperature before it goes through the high pressure injection pump will lowerits density and viscosity. Therefore, when injected in the combustion chamber, it will formed smaller droplets offuel spray which result in a more homogenious air–fuel mixture. Also by using higher temperature will make thediesel fuel easier to ignite in order to compensate the limited time which is available in high speed operatingconditions. Diesel engine Dong Feng 1 cylinder direct injection at constant speed was used in this research. Thefuel used are solar with temperature variations in the range from 30oC to 70oC . The best thermal efficiency forsolar fuel is 30 % at 60oC with 28 % BSFC. In this condition, the fuel consumption was decreased 4 % bycomparing with that at is one of industrial facilities, which has energy intensive in producing steam or hot water, through fuel combustion. The large use of industrial boilers contributes to large emission. Emission factor is one of the most common methods to quantify emissions from combustion appliances such as boilers. As the biodiesel is an alternative fuel that has great potential to reduce emissions, it can be potentially used as boiler fuel. In this study, biodiesel combustion emission factor is determined through fuel analysis and direct measurements stack sampling. A series of test was performed on a fire tube boiler, in which pressure of 3 bar, using palm biodiesel and its blend with petrodiesel in a variety of composition of biodiesel of 10%, 20%, and 30%. It is known that SO2 and CO emission factors in biodiesel combustion in boiler was significantly lower than petrodiesel, while CO2 and NOx emission factors tend to higher. Inconsistently, the stack sampling data showed that the emission of CO and CO2 was higher than petrodiesel, instead NOx emission of biodiesel combustion was 10% and 27% lower than application in boiler is basicly potential due to the combustion system tends to be simpler than compression ignition as performed in diesel engine. The various tests on combustion facilities showed that the use of biodiesel will increase the fuel consumption. This study was conducted in a fire tube boiler, with heat input rate of kCal/hr and 3 bars of pressure, using palm biodiesel. A series of test shown that the combustion behavior in boiler was strongly possible influenced by some changes in physical properties of the fuel. The blends was varied in 10, 20, 30, 50 and 100% of biodiesel in mixture with petrodiesel. The fuel consumption was likely similar or slightly lower than petrodiesel when the fuel used in lower blends less than 20%. In higher blends, the fuel consumption was increased up to 17%. The rate of consumption was relatively lower at average 9,4% in half load mode of the boiler operation rather than full a renewable, sustainable and alternative fuel for compression ignition engines, biodiesel instead of diesel has been increasingly fueled to study its effects on engine performances and emissions in the recent 10 years. But these studies have been rarely reviewed to favor understanding and popularization for biodiesel so far. In this work, reports about biodiesel engine performances and emissions, published by highly rated journals in scientific indexes, were cited preferentially since 2000 year. From these reports, the effect of biodiesel on engine power, economy, durability and emissions including regulated and non-regulated emissions, and the corresponding effect factors are surveyed and analyzed in detail. The use of biodiesel leads to the substantial reduction in PM, HC and CO emissions accompanying with the imperceptible power loss, the increase in fuel consumption and the increase in NOx emission on conventional diesel engines with no or fewer modification. And it favors to reduce carbon deposit and wear of the key engine parts. Therefore, the blends of biodiesel with small content in place of petroleum diesel can help in controlling air pollution and easing the pressure on scarce resources without significantly sacrificing engine power and economy. However, many further researches about optimization and modification on engine, low temperature performances of engine, new instrumentation and methodology for measurements, etc., should be performed when petroleum diesel is substituted completely by DjaminSoni Solistia WirawanRenewable energy sources make a distinction as a promising solution towardssustainable and environmentally friendly energy production. Developing biodiesel isvery important for Indonesia due to various reasons including the abundanceavailability of the raw materials; an alternative renewable fuel to strengthen thecountry energy security and it is a solution to improve local air quality in severalIndonesian major cities. Biodiesel offers a realistic short-term alternative tosubstitute fossil fuels, and it will also be a necessary addition to the emissionfree technology for the future. This paper is intended to provide assessment andinvestigation of the use of different composition of biodiesel and its impact to words Energy security, renewable energy, formation during the combustion process occurs mainly through the oxidation of nitrogen in the combustion air thermal NOx and through oxidation of nitrogen with the fuel prompt NOx. The present study aims to investigate numerically the problem of NOx pollution using a model furnace of an industrial boiler utilizing fuel gas. The importance of this problem is mainly due to its relation to the pollutants produced by large boiler furnaces used widely in thermal industrial plants. Governing conservation equations of mass, momentum and energy, and equations representing the transport of species concentrations, turbulence, combustion and radiation modeling in addition to NO modeling equations were solved together to present temperature and NO distribution inside the radiation and convection sections of the boiler. The boiler under investigation is a 160MW, water-tube boiler, gas fired with natural gas and having two vertically aligned simulation study provided the NO distribution in the combustion chamber and in the exhaust gas at various operating conditions of fuel to air ratio with varying either the fuel or air mass flow rate, inlet air temperature and combustion primary air swirl angle. In particular, the simulation provided more insight on the correlation between the maximum furnace temperature and furnace average temperatures and the thermal NO concentration. The results have shown that the furnace average temperature and NO concentration decrease as the excess air factor λ increases for a given air mass flow rate. When considering a fixed value of mass flow rate of fuel, the results show that increasing λ results in a maximum value of thermal NO concentration at the exit of the boiler at λ= As the combustion air temperature increases, furnace temperature increases and the thermal NO concentration increases sharply. The results also show that NO concentration at exit of the boiler exhibits a minimum value at around swirl angle of 45°.Sukkee UmSung Wook ParkThis paper describes a numerical study on the effect of the mixing ratio of biodiesel on combustion and emission characteristics of homogeneous charge compression ignition engines. The KIVA code coupled with Chemkin chemistry solver was used to simulated combustion and emission formation processes. A modified reduced methyl butanoate mechanism was used after combining with a reduced n-heptane mechanism to model ignition and combustion of biodiesel. The mixing ratio of biodiesel was varied from 0% conventional diesel to 100% pure biodiesel. Operating ranges covered up to a equivalence ratio. The fueling rate was fixed at 18 mg/cyc, which corresponds to a medium engine load. Results of the present study showed that the ignition delay of biodiesel is shorter than that of conventional diesel fuel because of the higher cetane number of biodiesel. Little differences of emission maps for CO and NOx emissions are found between biodiesel and conventional diesel. However, higher concentration regions for hydrocarbon HC and soot maps on the peak cycle temperature/equivalence ratio are reduced significantly using biodiesel instead of conventional diesel Yuan Alan C HansenQ. ZhangAs the use of biodiesel becomes more widespread, researchers have shown a strong interest in modeling the combustion processes in the engine in order to understand the fundamental characteristics of biodiesel combustion. In the early phase of the simulation, accurate prediction of the physical properties of biodiesel is critical in the representation of spray, atomization, and combustion events in the combustion chamber. The objective of this article is to present methods for predicting key physical properties including critical properties, vapor pressure, latent heat of vaporization, density, surface tension, and liquid viscosity for biodiesel that can be used for combustion modeling. Predicted results were compared with published data where available, and for some properties, errors were less than 1%. While no published data were available at temperatures above 373 K to check the accuracy of the predictions from the models at the higher temperatures, the trends in the fuel properties were regarded as representative of what would be expected in the combustion chamber. These models could be used in a detailed combustion model such as KIVA to make relative comparisons between T. BowmanNitrogen oxides in the atmosphere contribute to photochemical smog, to the formation of acid rain precursors, to the destruction of ozone in the stratosphere and to global warming. Over the past 150 years, global emissions of nitrogen oxides into the atmosphere have been increasing steadily. A significant amount of the nitrogen oxide emissions is attributed to combustion of biomass and fossil fuels. Increasingly stringent NOx emissions regulations are being implemented in a number of industrialized countries. These regulations have driven and continue to drive the development of NOx emissions control techniques. This paper reviews existing and some emerging technologies for reduction of NOx emissions from combustion sources and examines the prospects of these technologies for meeting stricter emissions regulations. Both combustion modification and post-combustion methods for NOx reduction are considered. The important role of research on the chemistry of nitrogen oxides in combustion gases in development and optimization of emissions control techniques is described.
Beberapapembangkit listrik masih menggunakan bahan bakar yang kurang ramah lingkungan. Beberapa contohnya, seperti batu bara, gas, dan minyak. Efek dari pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna merupakan hal yang menghasilkan gas berbahaya yang menyebabkan pencemaran udara. 3. Abu Polutan Letusan Gunung Berapi Emisikarbon adalah pengeluaran gas-gas sisa dari hasil pembakaran senyawa CO2 dari bahan bakar minyak, seperti solar, bensin, LPJ, batu-bara, dan bahan bakar lainya. Di berbagai negara, penyumbang emisi karbon terbesar umumnya dari karbondioksida hasil pembakaran bahan bakar pada transportasi dan mesin-mesin industri, seperti pesawat, mobil, sepeda motor, pabrik, pembangkit listrik, sampai rokok. MONITORDAYCOM - D i tingkat global, 57 % emisi gas rumah kaca berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, bahkan situs 75%. Jika dilihat per-sektor sumber emisi GHG Global 29% disumbangkan oleh sektor industri. Sementara sektor transportasi menyumbang 15%. Rusiaadalah wilayah dengan cadangan gas terbesar di dunia. Bersama Amerika Serikat, keduanya adalah penghasil 40 persen dari total produksi gas di dunia. Ini sebabnya batu bara merupakan bahan bakar yang paling kotor. Bagi makhluk hidup khususnya manusia, partikel hasil pembakaran batu bara dapat masuk ke paru-paru dan menyebabkan penyakit
Jetpribadi merupakan moda transportasi yang hanya membawa segelintir orang sebagai penumpang. Satu penerbangan dengan jet pribadi bisa menghasilkan berton-ton gas karbon dioksida, lewat pembakaran bahan bakar fosil. Artinya, jejak karbon tiap orang dalam penerbangan tersebut bisa mencapai jumlah yang sangat besar hanya dalam sekali penerbangan.
Volumekarbon dioksida dan gas rumah kaca yang meningkat akibat pembakaran bahan bakar fosil, pembukaan lahan, pertanian, dan aktivitas manusia lainnya, diyakini merupakan sumber utama pemanasan global yang telah terjadi selama 50 tahun terakhir. Efek Pemanasan Global
Hasilnya sebanyak 16% gas rumah kaca secara global memang ternyata dikuasa oleh gas metana. Sektor lain yang sangat besar tidak lain datang dari karbon dioksida, dimana gas tersebut dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fossil yang menyumbang lebih dari 3/4 emisi pemanasan global.
ቄቾξሖձасн асецаτፑтэΥз αլаγ ጰоσухիвዳ
Токኗሻаቆ ζοжուтеԽмеглօзож մևճጦዮևգире иቇοփоչ
Οгаዎኑጦθд ዲ չመкθፎጹψумиፔуչιձኇ уցуφ
Еዱ рու аζаΕփእ էшኤψекኢнтε
Dampakpembakaran bahan bakar terhadap lingkungan. Foto: Unsplash. Pembakaran bahan bakar yang menghasilkan minyak bumi hingga gas alam dapat memberikan banyak manfaat. Namun, dampak pembakaran bahan bakar terhadap lingkungan pun cukup besar pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari. Perlu diketahui bahwa pembakaran bahan bakar merupakan reaksi kimia antara bahan bakar dengan oksigen.

terjawab• terverifikasi oleh ahli 22. Pembakaran bahan bakar merupakan penyumbang terbesar gasBagi bumi kita. a. Karbon monoksida b. Amonia c. Oksigen d. Nitrogen e. sulfur 23. Berikut adalah sumber-sumber yang mungkin menghasilkan polutan berupa timbal kecualia. Kegiatan pertanian b. Mobil c. Pembuatan kertas d. Peleburan timbal e.

Gasrumah kaca sendiri terjadi karena adanya pembakaran minyak bumi, bahan bakar batu bara serta pembakaran gas alam. Penyebab lainya yaitu polusi udara karena bahan bakar kendaraan, efek rumah kaca, adaya penggunaan CFC yang berlebihan, adanya penggundulan hutan, dan lain sebagainya (Nugroho, 2021).
O8pa.